[SF] Scarface Part 26

Scarface

26

Yifan hanya memperhatikan Sara yang terus menangis sejak Joonmyeon dibawa oleh ambulance hingga beberapa suster langsung membawanya untuk melakukan test CT Scan dan MRI sebelum menjalani operasi. Zitao berada disisi Sara, berusaha untuk menenangkannya. Yifan bahkan berpikir kalau Zitao bisa menjadi putra yang baik untuk Sara ketimbang dirinya sendiri.

Yifan menghela nafas lalu melihat kedua tangannya. Walaupun saat memasuki rumah sakit, seorang suster sudah memberikan cairan pembersih darah, namun sepertinya Yifan tidak membersihkannya dengan benar.

Kemudian Yifan mendengar suara langkah kaki yang berlari kearah mereka. Yifan menoleh dan melihat Junhyeok berlari dengan ekspresi penuh kekhawatiran. Junhyeok berlari melewatinya dan menghampiri Sara.

Junhyeok berdiri dihadapan Sara. “Apa yang terjadi? Kenapa Joonmyeon bisa terjatuh di tangga?”

“A-aku ti-tidak tahu. Sa-saat aku di dapur, Joonmyeon memanggilku. Lalu saat aku keluar dapur, Joonmyeon sudah tidak sadarkan diri diujung anak tangga. Jun-Junhyeok-sshi, maaf… Maaf… aku… Joonmyeon…” Sara tidak bisa meneruskan ucapannya dan kembali menangis.

Junhyeok duduk disamping Sara lalu memeluknya. Sontak Zitao berdiri dan menghampiri Yifan. Zitao dan Yifan memperhatikan Sara dan Junhyeok dengan lekat.

Junhyeok menarik nafas dan mengusap rambut Sara lembut. “Tidak apa-apa. Joonmyeon pasti baik-baik saja. Jangan menangis lagi,” tuturnya dengan lembut. Kemudian Junhyeok menyadari pakaian Sara yang terkena darah Joonmyeon.

Junhyeok menatap Yifan. “Fan…”

Yifan berjalan menghampiri Junhyeok. Dia memandang Sara yang masih menangis.

“Bawa Mom pulang. Mom perlu mengganti pakaiannya. Karena di rumah tidak ada disinfektan, jangan mencampurnya dengan pakaian kotor lainnya. Biar Appa yang mengurusnya nanti,” tutur Junhyeok yang kini terlihat jauh lebih tenang.

Yifan mengangguk. Junhyeok melirik tangan Yifan yang masih terdapat noda darah diantara kuku-kukunya. “Bersihkan tanganmu dengan alcohol. Mengerti?”

“Ne, Appa.”

Junhyeok melepaskan pelukannya dan menatap Sara. “Pulanglah dan istirahat sejenak. Aku akan menghubungimu lagi. Kau bisa datang setelah makan malam, okay?”

“Ta-tapi Joonmyeon…” Sara hendak protes tapi Yifan meraih tangannya.

Sara sontak menatap putranya. “Mom, Joonmyeon sudah ditangani oleh dokter yang ahli. Seperti kata Appa, Joonmyeon pasti baik-baik saja. Ayo kita pulang, eoh? Lihat pakaian Mom. Suster pasti juga akan menyuruh Mom pulang dan mengganti pakaian.”

Sara kembali memandang Junhyeok yang mengangguk, seolah dia setuju dengan yang diucapkan oleh Yifan. “Hubungi aku jika kau mendapat kabar dari dokter.”

Junhyeok kembali mengangguk. Yifan lalu membantu Sara berdiri dan merangkulnya.

“Supir Hong menunggu parkiran,” ucap Junhyeok lagi.

Yifan menatap Junhyeok lalu kembali mengangguk. Junhyeok menghela nafas sembari memandangi Yifan yang membawa Sara pergi. Saat mendapat kabar kalau Joonmyeon terjatuh, Junhyeok merasa kalau dia seperti kembali delapan tahun lalu, ketika Hayoung terjatuh di kamar.

Junhyeok memejamkan matanya dan menarik nafas panjang. Kemudian dia membuka mata dan menoleh kearah pintu area gawat darurat.

“Tuhan.. kumohon, jangan biarkan hal ini terulang lagi.”

*****

Haneul tersenyum dan melambaikan pada pasien-nya yang sudah sembuh dan diperbolehkan pulang. Seorang gadis kecil berusia delapan tahun yang harus menjalani operasi tiga minggu lalu. Haneul, sebenarnya bisa memilih spesialisasi selain bedah anak, namun kejadian ketika dia masih di Jerman mengubah hidupnya.

Saat dia menjadi intern di salah satu rumah sakit Frankrut, Haneul mendapat pasien penderita hidrosefalus pada bayi yang baru berusia tiga bulan. Saat di bawa ke rumah sakit, kondisi sang bayi sudah kritis bahkan orangtuanya juga sudah merelakan jika bayi mereka tidak akan selamat. Namun, dokter yang menangani bayi tersebut tidak menyerah dan berusaha untuk menyelamatkan bayi tersebut. Operasi selama hampir sepuluh jam itu berhasil walaupun sang bayi harus mengalami semi-coma.

Di saat itulah, Haneul melihat sebuah keajaiban.

Dengan kondisi bayi yang kritis, dokter masih mempunyai harapan bahwa mereka bisa menyelamatkan bayi tersebut. Namun, dokter yang menjadi pembimbingnya saat itu mengatakan bahwa kemampuan dokter tidaklah sempurna. Mereka tidak bisa menyelamatkan nyawa dan bermain sebagai Tuhan. Takdir Tuhan adalah penentu apakah pasien mereka bisa selamat atau tidak. Tetapi yang paling penting adalah keinginan pasien itu sendiri untuk bisa sembuh.

Selama hampir tiga bulan, Haneul mengawasi kondisi bayi tersebut, dia melihat bahwa sang bayi mempunyai keinginan yang besar untuk sembuh. Begitu pula dengan orangtuanya yang mempunyai harapan begitu besar untuk kesembuhan anak mereka. Dan ketika bayi tersebut sadar sepenuhnya, Haneul ikut menangis bahagia bersama orangtuanya.

Hari itulah, Haneul memutuskan untuk mengambil bedah anak sebagai spesialisasinya.

“Ini pertama-kalinya aku melihatmu tersenyum, dokter Kang,” tukas Han Jiyeon, salah satu rekannya.

Haneul melirik Jiyeon dan menghela nafas lalu berjalan pergi. Jiyeon mengernyit dan ikut berjalan disamping Haneul. Jiyeon memperhatikan ekspresi wajah Haneul dan tersenyum tipis.

“Inikah alasan yang kau bilang sebelumnya?” tanya Jiyeon.

Haneul kembali melirik Jiyeon. “Alasan?”

“Alasan kau memilih bedah anak sebagai spesialisasimu. Kau selalu tersenyum bahagia setiap-kali melihat pasien keluar rumah sakit, walaupun saat ketahuan kau selalu menghindar dan kembali memasang ekspresi dingin-mu itu. Well, melihat kesembuhan pasien terlebih pasien anak memang sebuah kebahagiaan tersendiri bagi seorang dokter. Seorang anak yang datang dengan kesakitan setelah beberapa waktu, anak tersebut bisa tersenyum dan menjalani kehidupannya yang jauh panjang. Walaupun kita bukan orangtuanya, namun kita bisa merasakan kebahagian orangtua melihat kesembuhan anaknya. Benar?” tutur Jiyeon.

Haneul mendengus. “Terserah apa yang kau pikirkan Han Jiyeon.”

Jiyeon tertawa kecil. Sejak pertama-kali Kang Haneul bekerja di rumah sakit, rasanya Jiyeon tidak pernah melihat Haneul yang menyerah begitu saja tanpa sebuah argument.

“Woah, seorang Kang Haneul tidak memberikan argument sama sekali? Ada apa denganmu, eh? Uhm… rasanya sejak aku melihatmu datang, kau seperti sedang banyak pikiran. Kenapa? Apa kau baru saja mendapat pengakuan cinta dari seseorang?” tanya Jiyeon penasaran.

Sontak langkah Haneul terhenti. Jiyeon ikut berhenti dan menatap Haneul dengan lekat. “Kenapa berhenti? Oh?! Jangan-jangan….”

Jiyeon menyeringai lebar. “Woah… Kang Haneul, siapa gadis itu? Apa dia bekerja di rumah sakit ini juga? Apa kita mengenalnya?”

Haneul menatap Jiyeon dengan serius. “Jangan bicara hal aneh, Han Jiyeon. Tidak ada orang semacam itu.”

“Ey.. jangan berbohong. Tapi baiklah, untuk kali ini aku akan tutup mulut sampai kau yang memberitahuku siapa gadis itu. Ohya… dokter Ji belum menemuimu?” tanya Jiyeon mengganti pembicaraan mereka.

Well, Haneul sangat bersyukur karena Jiyeon tidak lagi bertanya. Tapi dia malah menyebut nama Ji Changwook. Haneul berdeham dan menggeleng.

“Kenapa dia harus menemuiku? Dia berbeda department selain itu… Kenapa kau bertanya mengenai dia padaku?” sahut Haneul.

Jiyeon mengangkat bahunya. “Entahlah, rasanya sangat aneh jika satu hari tidak melihatnya datang untuk menganggumu.” Tiba-tiba ponsel Jiyeon berdering.

Jiyeon mengeluarkannya dari saku jas putihnya. “Eoh? Panggilan darurat. Aku pergi dulu. Ah, untuk makan malam pesan apa saja dan untuk masalah gadis itu, aku akan bertanya lagi padamu nanti. Jangan pernah mengelaknya saat aku bertanya. Mengerti?”

Haneul memperhatikan Jiyeon yang berlari dengan tergesa menuju lift. Dia menghela nafas frustasi. Haneul tidak menyangka kalau Jiyeon bisa mempunyai asumsi seperti itu hanya dengan sekali lihat. Rasanya, dulu Haesa sering-kali mengeluh padanya karena tidak bisa memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh Haneul, padahal mereka adalah saudara kembar. Hingga akhirnya Haesa menyerah dan membiarkan Haneul yang bicara sendiri padanya.

Namun, hal itu sama sekali tidak berlaku bagi Han Jiyeon.

“Apa aku semudah itu untuk dibaca?”

*****

Changwook memandang Joonmyeon yang terbaring tidak sadarkan diri dengan luka di bagian belakang kepalanya. Hasil CT Scan tidak menunjukkan luka yang membahayakan keselamatan Joonmyeon, namun hasil pemeriksaan Joonmyeon sebelumnya yang sedikit membuat Changwook khawatir.

“Kau sudah bertemu dengan wali pasien?” tanya dokter Ahn.

Changwook mengangguk. “Saat ini wali pasien sedang menanda-tangani dokumen operasi. Ruang operasi juga sudah disiapkan. Dokter Gu dari NS juga sudah melihat hasil CT Scan-nya.”

“Itu bagus. Bersiaplah untuk operasi, kau akan menjadi asisten. Bagaimana pun Kim Joonmyeon adalah pasien-mu,” tutur dokter Ahn.

Changwook kembali mengangguk. Namun, dia teringat dengan hasil pemeriksaan Joonmyeon yang bahkan belum sempat diberitahukan pada orangtuanya. Changwook menatap dokter Ahn. “Dokter Ahn, mengenai hasil pemeriksaan Kim Joonmyeon sebelumnya, aku bahkan belum sempat memberitahu orangtuanya. Apa kita harus memberitahu mereka saat ini?”

Dokter Ahn menarik nafas dan memperhatikan pasien Kim Joonmyeon. “Kita harus memberitahu mengenai hasil pemeriksaan itu. Ukuran tumornya tidak terlalu besar dan masih bisa diobati dengan pengobatan dan radiasi. Namun, karena dia jatuh… Kita tidak bisa mengabaikan resiko apapun. Dokter Gu mengatakan letak luka akibat terjatuh itu sangat riskan. Dokter Gu memperkirakan kalau akan ada efek samping akibat operasi. Beritahukan hal itu juga.”

Changwook mengangguk paham. Dokter Ahn tersenyum dan menepuk bahu Changwook sebelum beliau kembali memeriksa kondisi pasien yang lain. Changwook menghela nafas panjang. Hanya berselang beberapa jam ketika Joonmyeon datang pagi ini menemuinya dan bertanya mengenai hasil pemeriksaan sebelumnya, tapi Changwook tidak menyangka kalau dia akan bertemu lagi dengan Joonmyeon dengan kondisi seperti ini. Dia menyentuh tangan Joonmyeon yang terasa dingin.

“Bertahanlah, Kim Joonmyeon.”

Changwook melepaskan tangan Joonmyeon dan beranjak untuk menemui wali Joonmyeon dan memberitahu apa yang diinstruksikan oleh dokter Ahn. Saat hendak keluar dari ER, Changwook tidak sengaja berpapasan dengan Jiyeon.

Jiyeon terlihat terkejut melihat Changwook. “Eoh? Dokter Ji, kau di ER rupanya.”

“Kenapa?” tanya Changwook.

Jiyeon tersenyum dan menggeleng. “Ani. Hanya penasaran karena kau belum datang untuk menganggu dokter Kang. Kenapa dengan ekspresi wajahmu? Apa kau sedang ada pasien?”

“Ne. Salah satu pasien-ku harus menjalani operasi. Kita bicara nanti, eoh. Aku harus bertemu dengan wali pasien,” tutur Changwook.

Jiyeon mengangguk. Changwook lalu berjalan meninggalkan ER. Jiyeon menghela nafas pendek. “Rasanya ekspresi mereka berdua benar-benar aneh hari ini.”

*****

Kyungsoo menghela nafas berat. Entah, hampir dua jam ini dia merasa begitu cemas tanpa alasan. Dia terus berjalan mondar-mandir di kamarnya tanpa henti. Sesekali Kyungsoo melirik kearah ponselnya diatas tempat tidur. Kyungsoo seperti merasa sesuatu yang buruk telah sedang terjadi, namun dia tidak bisa menebaknya.

Kyungsoo mendesah frustasi. Lalu dia meraih ponselnya dan menekan nomor ponsel Baekhyun. Setelah menunggu beberapa detik, Kyungsoo mendengar suara Baekhyun diujung telepon.

“Ini adalah ke-tiga kalinya Do Kyungsoo menelepon Byun Baekhyun. Sungguh sebuah kehormatan. Ada apa?”

Kyungsoo berusaha menahan diri dengan sarkasme Baekhyun. Jika tidak ada masalah penting, Kyungsoo bahkan tidak akan menghubungi Baekhyun sama sekali. “Baek-ah, kau tidak merasa ada sesuatu yang janggal?” tanya Kyungsoo.

“Eoh? Janggal? Seperti…?”

Kyungsoo menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur dan menarik nafas. “Entahlah. Aku hanya merasa cemas tanpa sebuah alasan.”

“Eoh?? Sejak kapan kau merasakannya? Jika Do Kyungsoo sudah cemas seperti itu, sepertinya memang terjadi sesuatu.”

Kyungsoo memutar bola matanya. “Sejak dua jam lalu? Entahlah. Baekhyun-ah, kau tidak berpikir kalau… Ah, tidak. Aku baru saja menghubunginya. Itu tidak mungkin.”

“Kenapa? Kau mengkhawatirkan Joonmyeon?”

Kyungsoo menggumam. “Begitulah. Saat kami bicara, aku merasa suaranya terdengar berbeda. Tapi karena dia bilang hasil pemeriksaan tidak begitu mengkhawatirkan, aku percaya saja. Baek-ah…”

“Soo, kita bertemu di rumah Joonmyeon dalam satu jam, okay? Jika kita meneleponnya, dia mungkin akan bilang baik-baik saja. Lebih baik kita langsung pergi menemuinya.”

Kyungsoo langsung bangkit dan menyambar jaketnya. “Arraseo. Aku pergi sekarang.”

Kemudian Kyungsoo memutuskan sambungan teleponnya dan bergegas keluar kamar. Kyungsoo menuruni tangga dengan cepat namun tetap berhati-hati.

“Eomma, aku akan pergi sebentar,” seru Kyungsoo.

“Pulang sebelum jam makan malam, eoh!!”

Kyungsoo memakai sepatunya sembari berteriak menyahut ucapan sang ibu. Lalu Kyungsoo bergegas keluar rumah dan hampir berlari setelah dia menutup pintu pagar. Namun, disaat yang sama Chanyeol juga keluar dari rumah dan mereka hampir bertabrakan.

Chanyeol sedikit terkejut dengan kemunculan Kyungsoo karena dia hendak menemuinya. “Kau mau pergi kemana?”

“Rumah Joonmyeon. Aku bawa ponsel, okay. Aku pergi ya,” tukas Kyungsoo sembari hendak bergegas tapi Chanyeol menahan pergelangan tangannya.

“Kau baru bertemu dengannya tadi pagi, kenapa ingin menemuinya lagi?” tanya Chanyeol.

Kyungsoo mendesah. “Chan-ah, aku merasa khawatir. Saat kami mengantarkannya ke rumah sakit untuk mengambil hasil pemeriksaannya, dia terlihat tidak begitu sehat. Aku hanya ingin memastikan kalau dia baik-baik saja.”

“Kau bisa meneleponnya, Soo. Tidak perlu pergi ke rumahnya,” sahut Chanyeol.

Kyungsoo menarik tangannya dari genggaman Chanyeol. “Dia akan berbohong, Chan. Joonmyeon itu sangat pandai menyembunyikan emosinya. Kami bahkan tidak pernah tahu apa yang dirasakannya kecuali dia yang mengatakannya sendiri. Aku pergi, eoh.”

“Kalau begitu aku akan ikut.”

Kyungsoo membulatkan matanya. “Ne? Ke-kenapa kau mau ikut? Ka-kau bahkan tidak mengenal Joonmyeon.”

“Tapi aku bisa mengenali saudara tirinya. Kau bilang saudara tirinya adalah siswa kelas Seni, bukan? Aku pasti mengenalnya. Aku akan ikut denganmu ke rumah Joonmyeon. Kkajja…”

*****

Yifan mendesah ketika Sara sama sekali tidak bergerak dari posisinya selama sepuluh menit. Sejak mereka memasuki rumah, Sara langsung menuju anak tangga. Dia memperhatikan darah Joonmyeon di lantai. Walaupun Yifan sudah berusaha untuk membawa Sara ke kamarnya, tapi ibunya sangat keras kepala.

Yifan menoleh kearah Zitao. “Cari di internet bagaimana membersihkan darah di lantai.”

Zitao mengangguk dan segera mengeluarkan ponselnya. Yifan kembali berfokus pada Sara. Yifan merangkul kedua bahu Sara. “Mom, ganti pakaianmu dulu. Aku akan membersihkan darahnya. Setelah itu, kita bisa kembali ke rumah sakit untuk membawakan pakaian untuk Appa.”

Namun, Sara tidak bergeming. Dia masih menatap dengan lekat darah Joonmyeon. Perlahan, air matanya kembali mengalir. Yifan menghela nafas dan menyeka air mata Sara. Yifan tidak pernah terbiasa melihat ibunya menangis. Bahkan ketika Sara berpisah dengan Dad-nya, Yifan bersembunyi di kamarnya dibandingkan dia harus menghadapi Sara yang tengah menangis.

“Mom, Joonmyeon pasti baik-baik saja. Dokter di rumah sakit sangat mumpuni. Mereka pasti bisa menyelamatkan Joonmyeon,” ucap Yifan lagi.

Sara menatap Yifan dengan lekat. Yifan menarik nafas panjang dan menyentuh pipi ibunya. Hal yang sudah lama tidak pernah dilakukannya. “Mom, Joonmyeon baik-baik saja.”

“Kau berjanji padaku kalau Joonmyeon baik-baik saja?”

Yifan terdiam. Sara hampir tidak pernah membuatnya membuat janji seperti itu. Tapi dilihat dari situasi saat ini, Yifan tidak mempunyai pilihan. Yifan menghela nafas berat dan mengangguk. “Aku berjanji. Sekarang Mom ganti pakaian, okay? Aku akan membersihkan lantai dan Zitao bisa menyiapkan makan siang untuk kita.”

Sara mengangguk kecil lalu berjalan menuju kamarnya. Yifan memperhatikan ibunya sampai pintu kamar tertutup. Zitao menghampiri Yifan dan menyodorkan ponselnya. “Aku akan menyiapkan makan siang. Bibi sudah menyelesaikan beberapa masakan, aku akan menghangatkannya.”

Yifan kembali mengangguk. Zitao menepuk bahu Yifan lalu berjalan menuju dapur. Rasanya semua kejadian ini berjalan begitu cepat. Yifan kembali menarik nafas dan hendak membersihkan darah Joonmyeon ketika bell pintu berbunyi. Yifan memasukkan ponsel Zitao kedalam saku celananya sembari berjalan menuju pintu.

Ketika pintu terbuka, Yifan sangat terkejut melihat kedatangan Kyungsoo, teman Joonmyeon yang pernah ditemuinya beberapa minggu lalu, Baekhyun – Yifan hanya ingat kalau dia berasal dari kelas Musik dan satu orang lainnya.

“Park Chanyeol..”

“Jadi, siswa kelas Seni yang menjadi saudara tiri dari Kim Joonmyeon adalah dirimu, Kevin Wu.”

*****

Siwon memperhatikan semua anggota keluarga yang hadir –hampir semuanya kecuali Jinri dan Taemin, mereka mungkin sedang menjaga anak-anak Yunho dan Sooyoung. Dan Siwon cukup beruntung karena suami Sooyoung dan istri Yunho serta orangtua Taemin dan Changmin tidak hadir dalam pertemuan mendadak tersebut. Siwon melirik kearah Kakeknya dan mendesis jengkel. Dia baru mengakui seksualitasnya kurang lebih tiga jam dan Choi Daehan sudah mengumpulkan semua orang. Lebih cepat dari dugaannya.

Siwon berjalan menuju sofa. Dia duduk disebelah Changmin serta Sooyoung.

“Kau membuat masalah besar sepupu,” bisik Changmin.

Siwon memutar bola matanya dan menatap Choi Daehan dengan serius. “Ada apa?”

“Kakek bilang kalau kau ingin membicarakan sesuatu yang penting. Maka dari itu kami berkumpul, Siwon. Pertanyaan itu seharusnya milik kami. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?” ucap ibunya.

Siwon menoleh dan memandang ibunya dengan lekat. Ekspresinya terlihat begitu cemas, mungkin karena tidak biasanya mereka berkumpul untuk membahas masalah yang dialami oleh Siwon. Selain itu, Siwon juga bukan tipe anak yang menyembunyikan masalah dari orangtuanya sendiri. Jadi, alasan Choi Daehan yang mengumpulkan mereka semua, sedikit banyak membuat khawatir.

Siwon menghela nafas berat. Dia tidak ingin memberitahu mengenai seksualitasnya saat ini juga. Ibunya mungkin akan benar-benar dilarikan ke rumah sakit sebelum Siwon selesai menjelaskan. Lebih parah, dia mungkin akan diusir. Walaupun presentasinya sangat kecil.

Siwon kembali menatap Choi Daehan yang masih memandanginya dengan ekspresi wajah yang tenang. Siwon tahu jika dia tidak bicara saat ini, maka Kakeknya sendiri yang akan mengatakan semuanya. Benar-benar picik.

“Aku tidak ingin menikah,” ucapnya.

Sontak orangtuanya serta paman dan bibinya terkejut. Yang tidak memperlihatkan reaksi apapun hanya Choi Daehan, Yunho, Sooyoung serta Changmin. Tentu saja mereka tahu apa alasannya.

“Siwon-ah, apa maksudmu dengan tidak ingin menikah? Kau harus menikah. Kalau tidak, bagaimana kau bisa meneruskan keturunan Choi?”

Siwon memejamkan matanya sejenak. Dia perlu meyakinkan diri sebelum memberi penjelasan lebih lanjut. Jika Siwon salah mengucapkan satu kata, maka semuanya akan berantakan.

“Jika keluarga Choi membutuhkan keturunan langsung saat ini, maka kita bisa memilih dengan cara ibu pengganti. Tentu saja, itupun jika kalian menyetujuinya. Tapi yang jelas, saat ini aku tidak ingin menikah. Mungkin suatu hari nanti, tapi tidak sekarang,” ucap Siwon lagi.

“Choi Siwon, darimana pemikiran itu datang eoh? I-ibu pengganti? Hey, bagaimana bisa kau memilih cara seperti itu untuk melahirkan keturunan Choi? Paman tidak menyetujuinya. Jika kau tidak ingin menikah dalam satu atau dua tahun lagi, tidak masalah. Tapi kau harus menikah dan istrimu yang akan melahirkan keturunan Choi.”

“Siwon, kenapa kau tiba-tiba bicara seperti itu? Apa karena kami terlalu mendesakmu untuk segera menikah?” tanya ayahnya.

Siwon menatap sang Ayah. “Itu salah satu alasannya. Namun, aku masih mempunyai alasan lainnya kenapa aku tidak ingin menikah saat ini.”

“A-apa alasannya? Eomma, tidak akan mendesakmu untuk melakukan perjodohan. Ka-kau bisa menikah sesuai dengan keinginanmu…”

Choi Daehan melirik menantunya. “Hati-hati dengan ucapanmu. Sesuai dengan keinginan Siwon? Kau akan terkejut nantinya ketika dia akan menikah.”

Sontak semua orang menatap kearah Choi Daehan. Termasuk Siwon.

“Abeonim, apa maksud perkataanmu?”

Lagi, Choi Daehan menatap cucu lelakinya dengan lekat. “Kau tidak ingin memberitahu alasan sebenarnya, Siwon? Tidak hari ini?”

“Kenapa? Kakek ingin mengatakannya pada semua orang? Menyiarkannya melalui berita pukul sembilan dan menuliskannya pada surat kabar? Lakukan saja, itu pun jika Kakek mempunyai nyali untuk menghancurkan reputasi Choi Group,” sahut Siwon.

Changmin mendelik. “Siwon-ah, kenapa kau bicara begitu? Ini keluargamu sendiri, apa kau ingin menghancurkan keluargamu sendiri, eoh?”

Siwon mengabaikan ucapan Changmin. Dia masih menatap Choi Daehan dengan lekat. “Lakukan saja, Presdir Choi Daehan. Bahkan jika setelah semuanya terungkap, aku akan ditendang keluar pun tidak akan masalah. Hanya saja, keluarga Choi akan kehilangan kesempatan untuk meneruskan garis keturunan.”

“Siwon, a-apa maksud ucapanmu itu, nak? Menendangmu keluar? Siwon-ah, tolong jelaskan pada Eomma dan Appa.”

Choi Daehan menghela nafas pendek. “Apa kalian begitu bodoh? Siwon, sudah mengatakannya dengan jelas. Dia tidak ingin menikah, meminta jasa ibu pengganti untuk melahirkan keturunan keluarga Choi, menghancurkan reputasi Choi Group. Apa kalian tidak bisa mengambil kesimpulan apapun?”

Siwon mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Yunho dan Sooyoung yang tidak bicara hanya bisa menghela frustasi. Sepertinya Choi Daehan sengaja memojokkan posisi Siwon agar dia mengakuinya secara langsung.

“Kesimpulan apa?”

Siwon berdiri dengan menahan amarahnya. Choi Daehan tidak memberikannya kesempatan untuk mengulur waktu. “Kesimpulan bahwa aku tidak ingin menikah seorang wanita. Karena aku menyukai Pengacara Cho Kyuhyun.”

“MW-MWO?!!”

Yunho mengusap wajahnya dengan frustasi. Sedangkan Changmin dan Sooyoung hanya menatap Siwon. Akhirnya Siwon mengakui semuanya dihadapan anggota keluarga Choi. Yang tersisa adalah bagaimana reaksi keluarga mereka.

“Si-siwon-ah, kau apa? Kau menyukai siapa?”

Siwon menarik nafas dan menatap ibunya. “Aku menyukai Pengacara Cho Kyuhyun, Eomma. Itu adalah alasan terbesar kenapa aku tidak ingin menikah.”

“Ta-tapi ka-kau bukan seorang homoseksual. Kau normal, Siwon. Wa-walaupun kau tidak pernah tertarik menjalin hubungan dengan seorang wanita, tapi kau normal, Choi Siwon!!”

“Eomma, menyukai Pengacara Cho Kyuhyun juga sesuatu yang normal bagiku,” ucap Siwon.

“ANI! I-itu tidak normal!! Pengacara itu seorang pria, kau juga seorang pria!! Itu tidak normal, Choi Siwon! Katakan pada Eomma, apa pengacara itu yang menggodamu?! Pengacara itu yang tidak normal, benar?!!”

“Jangan bicara seperti itu, Eomma. Kyuhyun sama sekali tidak menggodaku. Bahkan jika diantara kami yang normal, maka Kyuhyun-lah orangnya. Dia menyukai seorang gadis selama enam tahun. Walaupun pada akhirnya, dia yang dicampakkan oleh gadis tersebut. Eomma bahkan pernah mengatakan padaku jika aku benar-benar menyukai seorang pria, Eomma tidak akan keberatan,” tutur Siwon berusaha tenang. Dia tidak ingin amarahnya membuat situasinya menjadi lebih rumit.

Disaat inilah, Siwon harus bersikap rasional dan tenang untuk menjelaskan seksualitasnya.

“Itu karena kau bilang hanya lelucon! Eomma juga mengatakannya sebagai lelucon, Choi Siwon!!” Eommanya berteriak histeris.

Siwon tidak pernah ingin melihat Eommanya histeris seperti itu. Terakhir kali adalah ketika Siwon hampir saja tenggelam di danau ketika mereka sedang liburan ke Jepang. Itu pun sudah lebih dari duapuluhtahun lalu. Walaupun Siwon selamat, tapi ibunya begitu protektif padanya. Entah apa yang dilakukan Eommanya setelah pengakuannya tersebut. Siwon hanya berharap kalau Kyuhyun tidak akan disentuh oleh siapapun.

Ayah Siwon kemudian mengambil alih situasi. Dia berdiri dan menatap putra tertuanya dengan serius.

“Ikut Appa, Choi Siwon.”

*****

Siwon menatap ayahnya dengan lekat. Siwon sebenarnya sudah bisa menebak bagaimana reaksi anggota keluarga yang lain ketika dia mengumumkan bahwa dia menyukai Cho Kyuhyun. Termasuk reaksi ibunya. Namun, Siwon tidak bisa menebak reaksi ayahnya dengan gamblang. Well, mungkin sudah keturunan karena Siwon juga sulit menebak sebenarnya apa alasan Choi Daehan memaksanya untuk mengakui perasaannya dihadapan anggota keluarga yang lain.

Siwon menarik nafas panjang. “Appa ingin memukuliku agar aku kembali pada akal sehatku?”

“Untuk apa? Appa rasa, kau berada dalam kondisi sehat secara fisik dan mental. Untuk kecelakaan kemarin, itu adalah pengecualian,” sahut ayahnya.

Satu alis Siwon terangkat. Dari nada bicaranya, ayahnya tidak terdengar marah ataupun histeris seperti ibunya. Malah terkesan begitu tenang. Itulah yang sedikit Siwon khawatirkan.

“Jadi, Appa ingin mengatakan sesuatu padaku?”

“Bukan Appa, tapi kau yang harus mengatakan sesuatu, Siwon. Kita mulai dari kapan kau menyadari perasaanmu itu,” ucap ayahnya lagi.

Siwon menarik nafas. Lalu dia menyandarkan punggungnya. Sejak mereka berada di ruang baca, Siwon sudah tegang sekali. Tapi melihat sikap ayahnya yang begitu tenang, dia bisa sedikit bernafas lega.

“Sejak kapan? Aku juga tidak menyadarinya. Entah sejak akhir tahun kemarin atau mungkin sudah lama sekali tapi aku tidak pernah menyadarinya hingga aku bertemu dengan Cho Kyuhyun. Bahkan, sampai seminggu lalu aku tidak akan menyangka kalau aku menyukainya,” tutur Siwon.

“Kau hanya menyukai Cho Kyuhyun? Maksud Appa, apa kau akan menyukai pria lainnya?”

Siwon mengangkat bahu. “Aku tidak tahu. Tapi Appa tentu mengenalku, bukan? Selama ini aku sama sekali tidak menunjukkan rasa ketertarikan pada wanita atau bahkan pria. Tapi saat bertemu dengan Cho Kyuhyun, aku selalu mempunyai masalah dengannya.”

“Masalah? Appa tidak tahu kalau kau mengalami masalah.”

“Ah, tentu saja aku pernah mengalami masalah. Hanya saja aku memilih untuk menyelesaikannya sendiri. Atau melibatkan Changmin dan Yunho. Sooyoung, hanya untuk keadaan yang benar-benar mendesak. Dan aku selalu menjauhkan Jinri dan Taemin dari semua masalahku,” sahut Siwon.

Ayah Siwon menghela nafas. “Siwon-ah…”

“Tenang saja, aku tidak akan begitu ceroboh dalam menyelesaikan masalahku. Tapi dengan Cho Kyuhyun, sepertinya aku sangat ceroboh hingga aku bisa menyukainya tanpa sadar.”

Ini adalah pertama-kali bagi Siwon mengatakan apa yang tengah dipikirkannya pada ayahnya. Bahkan ketika dia bicara pada Changmin atau Yunho, Siwon tidak akan memperlihatkan bagaimana perasaannya yang sesungguhnya. Sejak kecil, Siwon sudah diberitahu untuk menyembunyikan ekspresi perasaan yang dialaminya. Sebagai seorang pewaris perusahaan besar, sikap dan ekspresi dalam situasi apapun bisa dijadikan alat untuk menjatuhkannya.

Siwon, tidak pernah sekalipun, membiarkan emosinya menguasai dirinya. Tapi kali ini, Siwon mengalami kesulitan untuk mengontrol setiap sikap, emosi serta ekspresinya jika berkaitan dengan Cho Kyuhyun.

Dia benar-benar ceroboh.

“Appa, aku tidak boleh menyukainya, benarkan? Aku mungkin bisa menyukainya sebagai seorang teman. Tapi rasa suka ini jauh melebihi sebuah status pertemanan dan aku sama sekali tidak tahu bagaimana harus bertindak,” gumam Siwon.

“Well, sepertinya Appa bukan orang yang tepat untuk memberitahu bagaimana kau harus mengambil tindakan, Siwon. Terlebih ini berkaitan dengan perasaanmu. Hidupmu. Lakukan apa yang menurutmu benar, tapi jangan mencari alasan sebagai pembenaran atas setiap tindakanmu. Kau harus memikirkan segala resiko yang akan muncul. Seperti hari ini. Kau memberitahu semua anggota keluarga kalau kau menyukai Cho Kyuhyun, seorang pria. Maka kau harus memikirkan bagaimana mengatasi resiko yang muncul. Salah satunya dengan reaksi Eomma. Tapi Appa bisa membantu untuk hal itu. Untuk mengenai paman dan bibimu, well… biarkan Yunho, Changmin dan Sooyoung yang memberi penjelasan karena mereka pasti sudah mengetahuinya lebih dulu, bukan? Tapi untuk Kakekmu, kau harus bicara langsung padanya. Kau satu-satunya pria Choi. Penerus keturunan Choi berada ditanganmu, Siwon. Kau mengerti maksud ucapan Appa, bukan?”

Siwon mengangguk. Well, pada akhirnya Siwon sendiri yang harus menyelesaikannya.

*****

Ahra menemukan Kyuhyun di ruang kerja ayah mereka. Dia menutup pintu dan menguncinya, lalu berjalan menghampiri Kyuhyun yang sedang membaca sebuah buku di sofa. Ahra menarik nafas lalu duduk diatas meja kayu berhadapan dengan Kyuhyun hingga kedua lutut mereka bertemu.

Kyuhyun melirik kakaknya dan menutup buku setelah menyelipkan sebuah pembatas. “Noona ingin kembali membicarakan masalah tadi?”

Ahra mengangguk. Kyuhyun menghela nafas lalu menaruh buku itu diatas meja, tepat disebelah Ahra duduk. Kemudian Kyuhyun menatap Ahra dengan lekat. “Baiklah, bicara. Aku akan mendengarkan.”

“Kau tahu, alasan kenapa aku melarang bertemu dengannya di rumah sakit, bukan?” Ahra memulai pembicaraan.

Kyuhyun mengangguk kecil. “Karena sejak aku bertemu dengannya, aku selalu masuk rumah sakit. Pertama karena hypothermia di Pulau Jeju, lalu luka di tanganku dan terakhir karena traumaku.” Kyuhyun sengaja melewatkan kejadian jatuh dari kuda di Ansan. Dia tidak ingin membuat Ahra marah karena tidak memberitahunya lebih awal. Lebi h baik tidak memberitahunya sama sekali.

“Ya, itu memang alasan terbesarnya. Bagaimana bisa hanya karena satu orang kau selalu berakhir di rumah sakit. Kecuali untuk kejadian di Pulau Jeju. Kita sangat berterima-kasih padanya karena menemukanmu tepat waktu. Tapi ada alasan lainnya,” tutur Ahra.

Kyuhyun memperhatikan ekspresi kakaknya dengan serius. “Karena asumsi noona? Mengenai tatapan Choi Siwon padaku?”

Ahra kembali mengangguk. “Aku mungkin bisa saja salah, tapi jika asumsiku benar maka tindakanku untuk melarang kalian bertemu adalah tepat. Lalu ucapanmu sendiri yang meyakinkan asumsiku. Tapi kau tidak akan menuruti ucapanku, benar?”

Kyuhyun terdiam sejenak. Lalu dia agak menundukkan kepalanya. “A-aku tidak tahu, noona.”

“Kau mulai menyukainya? Dengan cara yang sama?” tanya Ahra lagi. Dia berusaha untuk tidak terdengar seperti mendesak Kyuhyun untuk menjawab pertanyaannya.

Kyuhyun mengangkat kepalanya. “Tidak,” ucapnya cepat. Tapi Kyuhyun mengoreksi ucapannya. “Belum…”

Ahra menarik nafas lega. “Belum. Kurasa aku bisa menerima jawaban itu saat ini. Lalu bagaimana perasaanmu terhadap Haesa? Kau masih menyukainya?”

“Noona, aku menyukai Haesa selama enam tahun. Perasaan itu tidak mudah hilang hanya dalam satu hari hanya karena dia yang membuatku hampir mati membeku. Tapi aku berusaha untuk melepaskan perasaan itu,” ucap Kyuhyun.

“Lalu?”

Kyuhyun mengangkat bahunya. “Kurasa aku bisa melepaskan perasaan itu. Mungkin karena….”

“Siwon,” ucap Ahra cepat.

Kyuhyun mengangguk. Kyuhyun tidak akan bohong kalau sejak kejadian di Pulau Jeju, dia hampir tidak pernah memikirkan Haesa lagi. Lebih banyak mengenai pekerjaannya dan juga karena Choi Siwon yang secara tiba-tiba masuk kedalam kehidupannya.

Hanya karena pertemuan selama duapuluh menit.

“Noona, boleh aku bertanya?” tanya Kyuhyun dengan pelan.

“Kau ingin bertanya bagaimana reaksiku jika suatu hari nanti kau mulai menyukai Siwon dengan cara yang sama?” tebak Ahra.

Kyuhyun kembali mengangguk. Well, dia bahkan seperti sebuah buku yang terbuka. Semuanya dapat dibaca dengan jelas dan baik oleh Ahra. Itu sama sekali bukan hal baik. Tangan kanan Ahra menyentuh pipi Kyuhyun dan mengusapnya lembut.

“Walaupun aku sangat ingin kau menjalani kehidupan yang normal, tapi jika dengan menyukainya membuatmu jauh lebih bahagia, maka aku tidak mempunyai hak untuk tidak ikut berbahagia bersamamu. Apapun yang menjadi jawabanmu, maka itulah kehidupanmu, Kyuhyun. Hidup memang mengenai bagaiman kau memilih jalanmu sendiri, tapi yang terpenting adalah bagaimana kau merasakan hidup itu sendiri.”

Kyuhyun tersenyum tipis mendengar ucapan Ahra.

“Terima kasih, noona.”

*****

 NOTE: Apalah arti sebuah fanfic tanpa drama yang tipe-tipe makjang kayak drama korea hahahahaha…

Err… aku mau nulis note apa ya? Uhm… gini ajah deh. Selamat hari raya Idul Fitri. Aku mohon maaf lahir batin ya. Kayaknya banyak banget yang batin karena aku jarang update hehehehehe…

Udah, ah gak mau banyak omong gak penting. Dadah~

30 thoughts on “[SF] Scarface Part 26

  1. Akhirnyaaaaaa ulalaaa update juga 😀
    thanks a lot kak diera cantik. Suka banget sama chap ini. Sepertinya ini klimaksnya deh, penyakit joonmyeon udah ketauan dan siwon akhirnya ngaku juga di depan keluarga choi. Harusnya pas pertemuan keluarga choi situasinya menegangkan, tapi entahlah aku malah ngerasa lucu mbayangin siwon yang dipojokin sama kakek choi 😀
    Joonmyeon kasian, ternyata dia kena tumor. semoga nasibnya masih lebih baik dari eommanya 😦
    Happy ied mubarrak juga kak diera. Maapin aku kalo selama koment aku sering cerewet minta update asap kkk. Semoga abis lebaran bisa lebih rajin update ya kak. fighting^•^

  2. Nah, Joonmyeoooooon-aaaaahhhh 😥
    Udah mikir kalo dia sakit yg lumayan parah, tapi tumornya masih bisa diatasi kan? Duh 😥
    Yifan bijak sekali, jadi pengen punya anak kayak Yifan. Sayang sama mamanya :’)
    Belum ada kabar lanjutan dari Joon, semoga part selanjutnya sudah ada kabar mengenai operasinya ya..

    Wow! Choi Daehan memang luar biasa! hahaha~
    Ayahnya Siwon juga lebih terbuka. Uhm..aku juga masih belum paham maksud dari semua yg dilakukan kakek Choi .-.
    Ini Kyu sudah mulai mengakui, duh terharu :’)

    Selamat hari raya idul fitri ya kak ^^
    Mohon maaf lahir dan batin. Maaf kalo ada komentarku yg secara gak sengaja ternyata menyinggung kk..

  3. untung aja masih ada yg dukung wonkyu..apalagi ahra pengertian bgt..hehe
    smoga part dpn ada wonkyu nya ya..:-D
    selamat hari raya idul fitri juga and mohon maaf lahir batin juga..:-D

  4. Siwon dan Kyuhyun sudah sama sama mengakui,, jadi pengen punya kakak seperti Ahra eonni, begitu pengertian sama Kyu. 😉

    Selamat hari raya idul fitri juga kak, mohon maaf lahir dan batin. b^^b

  5. Joonmyeon selamat kan oenni? Gk meninggalkan? Klo meninggal kasian yifan 😦
    siwon belom dikasi peluang ya untuk suka ma kyu dri kelurganya ya??
    Keep writing

  6. Update jg..
    Tp btw wonkyu kuq brasa dkit amat ya..kekeke
    Lnjuut ya…siwon kece binggo sikapnya

    Keep writing..
    Happy ied mubarok

  7. Wonkyu momentnnya kurang eonni.
    Heheheeee
    Berharap di chap selanjutnya moment wonkyu nya dibanyakin ya eon ^^
    Selamat hari raya idul fitri juga ya eon 🙂

  8. Wow..kakek choi,,pinter bgt nyudutin cucu…
    Siwon yeah..gentelman..bgt…kyu ayolah ngaku,,kmu suka jg sm choi siwon dg cr yg sama cm gengsi ajh,,,siwon emank lebih terbuka sm perasaannya,,ea kak dieraa,,,batin…tiap akhir pekan aku pantengin blog pny kakak gk update””Next chp jng lm**yh kak…minal aidzin jg kak…

  9. wonkyu nya lama bgt bersatunya
    eonni juga lama bgt uptadenya
    dan super junior tahun depan mau hiatus aku pasti merindukan mereka apalagi kyuhyun dan siwon

  10. Wuahhh siwon udh ngaku nih sama keluarganya
    Masih bingung sama kakek nya siwon sebenarnya dia bakal ngerestuin siwon sama kyuhyun nggak sih?
    Kalo eomma siwon udh jelas kyk nya bakal nolak hubungan wonkyu

    Ahra dewasa bgt
    Dia bisa nerima apapun yg kyu mau asal itu bisa membuat kyu bahagia

    Btw Selamat Hari Raya Idul Fitri buat yg merayakannya
    Minal Aidin Wal Faidzin
    Mohon Maaf Lahir dan Batin

  11. Mohon maaf lahir batin juga…heee
    Nungguin bgt ni ff sampe beberapa kali bolak balik tuk liat dah update apa blm.
    Giliran udah update, eeeh tetep ja mau lagi.
    Kyu blm2 juga ya ngerespon secara jelas perasaan siwonnie

  12. buset dah ~ Choi Daehan bertindak lbh cepat dri perkiraan,tpi untung Siwon bisa mengatasi nya :3
    aah ga nyangka jg klo Appa Choi dukung apa keputusan Siwon,tpi umma Siwon blm bisa nerima.
    smoga aja Siwon bisa mnjelaskan lbh detail soal perasaan nya ke Kyuhyun kpd umma nya.
    dan Ahra jg,aku kira dia bakal nolak Kyu berhubungan sma Siwon,tpi trnyata? aah walaupun bnyk yg dukung sma reputasi Siwon or Kyuhyun,tpi Bumonim Kyu blm tau ya? jdi penasaran gmana reaksi Appa Umma Cho :3
    ooh iya diera,maaf yaa mulai skrg aku baca nya fokus ke WonKyu aja nih,klo yg lain aku suka skip huhu
    minal aidzin wal faidzin jg Ra,maaf bgt aku ga baca smua nya di ff ini T.T *sungkem*

  13. wonkyu moment cuma diujung, tp g pa2 deh, kluargany udah pda tau nh mau dibawa kemana hubungan kalian?

    minal aidzin wal faidzin diera, mf klo jd reader yg kurang baik

  14. pengakuan Siwon kurang dramatis gitu, kagak ada adegan fightingnya,, kyuhyun masih aja galau,
    kasian suho,, tapi tumornya gk akan jadi kanker khan?
    Oy, rencananya ini mpe chap berapa?

  15. woahh … siwon dan kyu akhirnya mulai mengakui perasaan masing2 pada keluarganya … semoga aja makin deket ke arah mereka jadian..

    junmyeon…… jgn dibikin sakit terlalu parah ya author-ssi, kasian kan …

    well.. ditunggu update selanjutnya… fighting~

  16. wuidih choi daehan emang kekinian deh..
    sekali siwon mngungkapkannya..
    maka daehan lgs meminta untuk mengatakannya pada semua anggota keluarga.. apa itu suatu intimidasi dari daehan agar siwon menolak perasaannya sndiri..
    scara eomma nya histeris gtu bgd..
    beda dgn appa nya yg lbh tenang menghadapi masalah itu..
    dan viola… ahra merestui wonkyu??
    lalu bagaimana dengan ortunya kyu???

  17. Kkkkkk…akhirnya..diriku bisa buka ini ff kkkk.Fighting eonni…mohon ma’af lahir batin.

    Uri Joonmyon..mg aj..tdk ada hal yg buruk dari apa yg sdngn engkau alami.
    Uri WonKyu…fighting!!!!saranghae….

  18. Kak diera cantik, anyeong 😀
    Aku mau minta ff scarface yang pdf dong kak, dari chap 1 sampe terakhir. Soalnya bulan depan aku udah mulai PPL, dan kayaknya bakalan susah curi waktu buat ngubek2 blog nyari dari chap 1. Secara aku hobi banget baca ni ff kalo lagi bored kkk. Kirim k emailku ya kak, gomawo^^. And as always, keep writing kak diera. I’m waiting for ur update. update asap juseyoo, fighting^•^

      1. ups mian, aku baru baca commentmu kak 😰
        aku email kamu duluan aja kak. thanks a lot kak diera cantik 😍😍😍

  19. waaa akhirnya siwon ngakuu kekeluarganya ;;;; semoga ibunya siwon bisa nerima dengan baik. cara siwon nyampein dan cara kakeknya ngedesak siwon buat jujur kayaknya kurang baik. jadi respon yg diterima juga ga terlalu baik. tapi btw siwon kenapa kayak marah banget sama kakeknya ya ;;; jutek bet jutek huff apa dia kesel krn dia ngira kakeknya bakal jodohin jinri sama kyu? :/
    for the nth times smg jun gapapa T_T akhirnya ketauan sakit apa…

  20. Siwon mengumumkan persaannya pdbkeluarga besarnya, lalu apa kemungkinan yg akan terjadi thdp kyuhyun stlh ini. Appa choi begitu bijaksana, dan apa kakek choi jg membiarkan siwon??
    Dan kyuhyun jg sdh mendapatkan dukungan dr ahra, tinggal orangtuanya saja…

Leave a reply to wirna septiani Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.