[SF] Scarface Part 58

changwook

58

Joonmyeon menuruni anak tangga dengan bergegas. Jika dia terlambat mengejar bis, maka dia harus menunggu lebih lama bis selanjutnya. Hari ini jalanan pasti sibuk sekali karena hari pertama ajaran baru setelah liburan musim dingin. Awal musim semi dengan udara kota yang semakin menghangat.

Joonmyeon mengalungkan syal merahnya sembari ia menuju meja makan. Ia melihat kedua orangtuanya sudah berada di kursi masing-masing. Joonmyeon tersenyum dan menyapa. “Selamat pagi…”

Sara tersenyum pada Joonmyeon. “Pagi, sayang. Duduklah..”

“Tidak, Mom. Aku harus mengejar bis sekarang,” tutur Joonmyeon sembari meraih segelas jus yang sudah disiapkan oleh Sara sebelumnya. Ia meneguknya perlahan.

Junhyeok menatap putranya lekat. “Appa bisa mengantarkanmu sampai sekolah, nak. Sarapan dulu.”

Joonmyeon menggeleng lalu menaruh gelas itu. “Aku sudah terbiasa naik bis. Rasanya Lagipula Kyungsoo pasti juga sudah menungguku sekarang. Tidak apa-apa, Mom?”

Sara terlihat sedikit kecewa karena Joonmyeon menolak untuk sarapan. Tapi ia juga tidak ingin membuat Joonmyeon terlambat mengejar bisnya. Kemudian ia beranjak menuju dapur untuk mengambil sebuah eco-bag.

Sara menghampiri Joonmyeon dan memberikan eco-bag itu pada Joonmyeon. “Untuk makan siang. Untukmu dan juga Yifan. Kalian bisa makan siang bersama.”

“Er…. Mom, aku tidak bisa menghampiri Yifan secara terbuka di sekolah,” tuturJoonmyeon dengan nada ragu sembari mengambil eco-bag tersebut.

Sara terlihat semakin tidak senang dengan alasan yang diberikan oleh Joonmyeon. Junhyeok menghela nafas pendek. Mungkin tidak seharusnya dia memasukkan Joonmyeon ke sekolah itu jika ‘tradisi’ aneh malah akan menyusahkan kedua putranya kini untuk bersosialisasi.

“Joon, turuti saja Mom. Lagipula kalian adalah saudara. Singkirkan pemikiran mengenai tradisi permusuhan konyol itu,” ujar Junhyeok.

Sara mengangguk. “Dengarkan Appa dan Mom, okay? Pokoknya kalian harus makan bersama. Mom akan menghubungi Luhan dan Kyungsoo untuk memastikannya.”

Joonmyeon menghela nafas. Well, dia sudah tidak punya pilihan lagi. “Baiklah, aku akan makan siang dengan Yifan. Aku pergi dulu!” pamitnya sembari bergegas pergi ke foyer untuk memakai sepatu.

Sara mengikutinya sampai depan pintu. Ia memperhatikan Joonmyeon yang sedang memakai kedua sepatunya. Sekarang ia terlihat bisa tersenyum karena Joonmyeon menuruti keinginannya. “Hati-hati di jalan.”

Joonmyeon tersenyum pada Sara. “Aku pergi, Mom!”

*****

Dengan bernafas lega, Joonmyeon menaiki bis. Dia cukup terlambat karena ia sampai di halte bertepatan ketika bisnya datang. Setelah membayar dengan kartu bisnya, Joonmyeon berjalan ke bagian belakang bus. Tapi ia sedikit terkejut melihat Chanyeol yang melambaikan tangannya sedangkan Kyungsoo memasang ekspresi jengkel.

“Joon-ah, sini!” seru Chanyeol.

Joonmyeon sedikit kikuk karena ada beberapa siswa dari KMHS lainnya yang berada di bis tersebut. Tentu saja, mereka pasti mengenal siapa Chanyeol. Melihat Chanyeol yang notabene anggota dewan siswa dari kelas seni duduk bersama siswa dari kelas music itu sudah keanehan tersendiri. Terlebih Chanyeol yang terlihat begitu akrab memanggilnya.

Joonmyeon berjalan menuju kursi bagian belakang dan duduk di sebelah Kyungsoo. Ia memangku eco-bag di atas pangkuannya. “Kalian pergi bersama?”

“Itu karena dia yang memaksa,” gumam Kyungsoo dengan jengkel.

Joonmyeon menatap sahabatnya dan Chanyeol dengan lekat. “Memaksa bagaimana?”

“Dia tidak pernah naik bis. Kakaknya selalu mengantarkannya karena tempat kerja dan sekolah menuju arah yang sama. Tapi pagi ini, tiba-tiba dia muncul di depan pagar rumah dengan wajah menyebalkannya itu mengatakan kalau dia akan naik bis.”

Joonmyeon melirik Chanyeol yang menyeringai lebar. Rasanya Chanyeol tidak terpengaruh dengan sikap jengkel Kyungsoo padanya. Mungkin karena dia sudah terbiasa menghadapi Kyungsoo. Joonmyeon hanya tersenyum tipis.

“Kurasa mulai hari ini sekolah akan mulai ramai. Setelah kita satu bis dengan Chanyeol, aku juga harus makan siang dengan Yifan. Mom yang memaksa,” sahut Joonmyeon sembari memeluk eco-bagnya erat.

Kyungsoo menoleh pada Joonmyeon. “Makan siang dengan Yifan?”

“Aku ikut!!” seru Chanyeol tiba-tiba.

Kyungsoo mendelik lalu menyikut perutnya. “Diam! Tidak ada yang mengajakmu!” serunya. Joonmyeon hanya tertawa kecil. Kyungsoo kemudian kembali menatap Joonmyeon. “Serius? Kalian akan duduk di kantin dan makan siang bersama?”

Joonmyeon mengangguk. “Mom bahkan akan menghubungimu dan Luhan untuk memastikan kalau kami benar-benar makan siang bersama. Hahh… aku bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Makan siang bersama mungkin tidak masalah, tapi jika di kantin? Itu akan sulit. Bahkan jika kami harus mencari tempat lain untuk makan siang… Mungkin satu-satunya agar aku bisa makan dengan tenang tanpa harus diperhatikan adalah di unit dorm Yifan.”

“Kalau begitu kita makan siang bersama saja,” tukas Chanyeol.

Kyungsoo mendesah jengkel. Ia ingin menyikut perut Chanyeol karena ikut campur tapi pemuda itu berhasil menahan tangan Kyungsoo. “Hey, dengarkan aku dulu!”

Joonmyeon sedikit mencondongkan tubuhnya agar dia bisa melihat Chanyeol dengan lebih jelas. “Apa? Kau punya rencana?”

“Kita makan siang bersama di kantin. Aku akan ikut makan siang di meja yang sama dengan kalian. Luhan mungkin juga akan ikut. Kyungsoo dan Baekhyun akan dipastikan mengikutimu, bukan? Karena kau sudah seperti induk ayam bagi mereka,” tutur Chanyeol.

Kyungsoo mendengus. “Hey…!”

“Bagaimana?” tanya Chanyeol.

Joonmyeon lalu menatap Kyungsoo dengan lekat. “Kau mau?”

Kyungsoo mendesis lalu menyandarkan punggungnya. Dia paling tidak bisa menolak jika Joonmyeon sudah berkata demikian. Ugh, mungkin benar kata Chanyeol. Joonmyeon sudah seperti induk ayam baginya. Ke mana pun, dia pasti akan mengikutinya.

“Baiklah! Lagipula jika ada sesuatu yang salah, maka Chanyeol yang harus menyelesaikannya.”

*****

Haneul bersiap untuk pulang karena shiftnya sudah selesai. Setelah berada di rumah sakit hampir 72 jam dengan 40 jam di antaranya tidak tidur sama sekali, akhirnya Haneul bisa beristirahat. Walaupun hanya libur satu hari, itu sudah cukup karena dia akan tidur seharian.

Haneul meraih tas ranselnya dan bergegas keluar dari ruangan ketika Jiyeon membuka pintu secara tiba-tiba. Haneul hampir saja mengucapkan kata makian, jika dia tidak ingat kalau dia masih berada di rumah sakit. Kurang tidur membuatnya mudah emosi.

Haneul menghembuskan nafas. “Dokter Han…” sapanya singkat lalu hendak berjalan keluar.

Namun, Jiyeon menghalanginya. Haneul mengernyit bingung. Kemudian dokter muda itu menarik lengannya dan menyuruhnya duduk di salah satu kursi.

“Dokter Han, aku ingin pulang!” ujar Haneul.

Jiyeon menutup pintu dengan sedikit keras lalu ia menatap Haneul dengan serius. “Kau… pacaran dengan dokter Ji Changwook?”

Sontak, rasa lelah dan kantuk Haneul langsung hilang begitu saja. Ia begitu terkejut karena Jiyeon bisa mengetahui hal tersebut. Rasanya ia dan Changwook benar-benar berhati-hati dalam bersikap selama mereka di rumah sakit. Bahkan tidak jarang, mereka kembali berdebat di depan suster atau pun dokter lainnya.

Tapi pagi ini, Jiyeon datang dan mengatakan bahwa ia berpacaran dengan Changwook. Lebih tepat mengajukan pertanyaan apakah mereka berpacaran. Namun, itu bukanlah yang menjadi perhatian Haneul.

“A-apa… maksudnya itu? Dokter Han, kau itu bi-bicara apa? A-aku tidak….”

Jiyeon memegangi kedua bahu Haneul. Mata dokter cantik itu menatapnya dengan sangat serius. Oh, Haneul tidak pernah melihat sikap Jiyeon yang seperti ini sebelumnya. “Haneul-sshi, katakan dengan jujur. Apakah kau berpacaran dengan Ji Changwook?”

Haneul menelan salivanya. Heck, ini bahkan lebih menyeramkan ketimbang Haesa terus menerornya untuk bertanya siapa kekasihnya selama ini. Haneul membuka mulutnya. Tapi dia tidak mungkin langsung mengakuinya. Haneul perlu tahu bagaimana Jiyeon bisa mengajukan pertanyaan seperti itu. Pasti ada alasannya.

“Ke-kenapa kau bertanya? A-apa kau mengetahui sesuatu?”

Jiyeon melepaskan bahu Haneul. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas putihnya. “Dokter Ji mengatakan kalau dia mempunyai seorang kekasih.”

“Huh?”

Jiyeon menghembuskan nafas melalui mulutnya. “Aku mengajaknya pergi kencan. Tapi dia menolakku. Dia bilang kalau dia sudah mempunyai kekasih. Saat aku bertanya siapa orangnya, dia hanya mengatakan seseorang yang bekerja sebagai dokter.”

“La-lalu ke-kenapa kau berkesimpulan aku orangnya?”

“Karena aku mengatakan bahwa aku adalah seorang gay!” sahut Changwook yang tiba-tiba muncul.

Mata Haneul membulat lebar. Changwook lalu berjalan masuk dan menutup pintu. Ia berjalan menghampiri Haneul dan Jiyeon. Dengan mudah, Changwook meraih tangan Haneul, menariknya untuk berdiri lalu merangkul bahunya. Tetap dihadapan Jiyeon.

Changwook tersenyum pada Jiyeon. “Dia adalah kekasihku.”

Jiyeon menatap Haneul dan Changwook dengan penuh selidik. “Sejak kapan?”

“Sejak….”

“Tidak! Haneul yang harus menjawab pertanyaan itu. Jika benar kalian berpacaran, maka dia harus menjawabnya. Changwook mungkin mengatakan kalau dia adalah gay, tapi kenyataan bahwa kalian berpacaran belum tentu benar.”

Kening Haneul mengernyit. “Jika kau berpikir begitu, lalu kenapa kau bertanya padaku? Ada dokter pria lainnya…”

“Aku sudah bertanya pada mereka semua, Haneul!” seru Jiyeon. “Tentu saja, mereka menyangkalnya. Kau adalah orang terakhir.”

“Kau bertanya pada dokter lain apakah mereka berkencan dengan Ji Changwook?” sahut Haneul.

Jiyeon mendesah. “Well, tentu saja aku tidak mengatakan namanya. Aku hanya bertanya apakah mereka berkencan dengan pria.”

“Lalu kenapa denganku, kau langsung bertanya apakah aku berpacaran dengan Changwook?!” Well, untuk sesuatu alasan yang tidak logis, Haneul merasa Jiyeon bersikap tidak adil. Bagaimana bisa dia memberikan pertanyaan yang berbeda dari orang lain.

Haneul kemudian mendorong Changwook melepaskan rangkulannya dan menjauh darinya. Kali ini, dia merasa emosinya naik. Dia sudah kurang tidur, belum sarapan, dan Jiyeon tiba-tiba bertanya seperti itu. Ditambah dengan Changwook yang seenaknya mengatakan bahwa mereka berpacaran pada orang lain tanpa membicarakannya dulu padanya apakah ini waktu yang tepat untuk mengakui hubungan mereka secara terbuka.

“Mungkin karena di antara dokter lainnya, kau dan Changwook mempunyai hubungan yang sedikit unik. Sebelumnya kau sering-kali bersikap jengkel jika Changwook datang menganggumu. Tapi akhir-akhir ini, kalian terlihat begitu akrab. Walaupun sesekali kalian juga bertengkar. Jadi, kuputuskan untuk bertanya langsung ‘apakah kau berpacaran dengan Changwook’,” jelas Jiyeon.

Haneul memejamkan matanya sejenak. Oh, dia sudah tidak tahan lagi. Dia ingin sekali berteriak, tapi ini adalah rumah sakit. Bisa jadi, Haneul akan mendapatkan teguran dari dokter senior karena sikapnya. Ia membuka matanya lagi dan menggeram jengkel.

Lalu tanpa berkata apa pun, Haneul langsung keluar dari ruangan tersebut. Ia perlu keluar dari rumah sakit dan menenangkan diri. Masalah Jiyeon, biarkan Changwook yang mengurusnya. Oh… Dan mengenai Changwook, Haneul bisa meminta penjelasan darinya nanti.

“Haneul…!!” seru Changwook yang berusaha menahan kekasihnya.

Tapi, sayangnya, Haneul sudah berlari menuju lift.

*****

Haneul membuka pintu basement parkir dengan amarah yang sudah memuncak. Ia berjalan cepat menuju mobilnya. Walaupun di belakangnya, ia bisa mendengar Changwook terus memanggilnya. Entah bagaimana Changwook bisa mengejarnya dengan begitu cepat. Mungkin Changwook berlari menuruni anak tangga darurat.

Haneul mengabaikannya. Ia mengeluarkan kunci mobilnya membuka kunci alarm. Dia hanya ingin pulang dan beristirahat sebelum dia bisa bicara dengan Changwook. Tapi pria itu terlalu keras kepala. Changwook berlari lebih cepat agar dia bisa menahan Haneul dan memberikan penjelasan.

“Haneul, dengarkan aku… Kumohon!”

Tapi bahkan, Haneul tidak menoleh sedikit pun. Seolah telinganya sudah tuli mendengarkan suara Changwook.

“Han…” ucap Changwook yang berhasil mengejarnya dan menarik pergelangan tangan Haneul.

Namun, tanpa diduga, Haneul menarik tangannya dengan kasar dan melayangkan tinju ke wajah Changwook. Tinju yang begitu keras, bahkan membuat Changwook sedikit terhuyung dan memegangi wajahnya. Haneul hanya menatapnya dengan nafas terengah. Ia mungkin tidak berniat memukul Changwook dengan keras, tapi dia masih begitu kesal dengan pria itu.

Changwook menatap Haneul. Ini adalah pertama kali, Haneul bersikap repulsive dengan memukulnya. Sepertinya ini adalah puncak dari kemarahan Haneul padanya.

“Apa?!” seru Haneul keras. “Kau mau bilang apa? Mau menjelaskan apa?!!”

Changwook terdiam. Ia masih memandangi Haneul yang terlihat begitu marah.

“Kau mau menjelaskan apa padaku? Apa kau mau bilang karena Jiyeon yang bersikap menjengkelkan, selalu mengajakmu berkencan, hingga kau mengatakan bahwa kau  gay dan sudah punya kekasih. Dan kekasihmu adalah seorang dokter di department pediatric anak. Bahwa aku tidak seharusnya tidak marah karena kau tidak menyebutkan namaku sebagai kekasihmu. Begitu?!!”

Changwook menurunkan tangannya. Pipinya terasa begitu perih. Bahkan ia merasakan anyir darah pada ujung bibirnya. Tapi sepertinya ini adalah bayaran yang setimpal baginya. Mereka mungkin sudah sepakat untuk bertemu dengan keluarga masing-masing sebagai sepasang kekasih. Tapi Haneul belum memberikan sinyal positif untuk membawa hubungan mereka ke ruang publik –seperti rumah sakit.

“Han, maafkan aku. Bukan itu maksudku…” ucap Changwook sembari menghampirinya.

Namun, Haneul malah mengambil langkah mundur untuk menghindarinya. “Changwook, kita sudah sepakat untuk menunggu membuka hubungan ini di rumah sakit. Aku sudah mengatakan bahwa jika ada sesuatu yang salah, maka pekerjaan kita –bahkan ijin praktek kita bisa dicabut. Aku tidak akan menyembunyikan hubungan ini selamanya. Tapi kau bahkan tidak peduli.”

“Aku peduli, Han! Aku peduli!!” Kali ini, giliran Changwook yang berteriak. “Aku tahu, kalau kau ingin menunggu waktu yang tepat. Tapi bukan kesalahanku juga jika Jiyeon bertanya padamu apakah kita berpacaran. Yang kukatakan padanya adalah aku gay. Aku sudah punya kekasih. Dia seorang dokter. Hanya itu!”

“Lalu kenapa kau tiba-tiba menarik dan merangkulku. Kau bahkan mengatakan bahwa aku adalah kekasihmu. Jika Jiyeon ingin bertanya, maka dia bisa melakukannya pada semua dokter pria. Tapi bagaimana bisa kau…”

“Karena itu memang kenyataannya! Kau adalah kekasihku! Lagipula Jiyeon juga tidak bodoh. Aku hanya mengatakan bahwa kekasihku adalah pria dan seorang dokter. Bagaimana Jiyeon menghampirimu dan menanyakan pertanyaan itu adalah pemikiran analisanya sendiri. Dengan semua interaksi kita selama ini, hanya orang bodoh yang tidak bisa melihatnya, Han. Cepat atau lambat, tanpa Jiyeon harus berkeliling rumah sakit dan bertanya pada semua dokter pria apakah mereka berpacaran dengan seorang pria, akan ada rumor yang melibatkan kita berdua. Kau mungkin tidak tahu tapi sudah ada beberapa suster yang mulai bergosip. Apa kau ingin terus bersikap tidak mengetahui apapun –bahkan jika rumor itu mulai berkembang luas?”

Changwook perlahan berjalan menghampiri Haneul yang terdiam setelah mendengarkan penjelasannya. Changwook juga tidak pernah menyangka kalau Jiyeon bahkan sampai nekat berkeliling, menanyakan pada dokter pria mengenai status personal mereka. Terlebih pernyataan Jiyeon yang sangat lugas. Apakah mereka pernah atau sedang menjalin hubungan dengan seorang pria?

Changwook tidak akan mempermasalahkan jika saat Jiyeon bertanya pada Haneul dengan pertanyaan yang sama dan Haneul mengatakan ‘tidak’. Namun, pertanyaan Jiyeon pada Haneul sedikit berbeda  dengan dokter lainnya. Karena pertanyaan itulah reaksi serta ekspresi Haneul juga terlihat canggung dan terbata. Sekali lagi, Jiyeon bukanlah gadis bodoh.

Maka, Changwook yang sebenarnya datang karena ingin mengantarkan Haneul hingga basement, akhirnya –sedikit terpaksa– membuka hubungan mereka. Itu lebih baik ketimbang Jiyeon terus mendesak Haneul untuk bicara. Tapi ia tidak menyangka kalau reaksi Haneul sangat jauh dari dugaannya.

Changwook kini berdiri dihadapan Haneul. Kemudian ia meraih tubuh Haneul dan memeluknya erat. Ia menarik nafas panjang dan mulai berbicara dengan nada lembut, “Aku akan bicara pada Jiyeon. Aku akan mengatakan bahwa itu hanya lelucon. Aku hanya ingin membuatmu jengkel padaku –seperti yang biasa kulakukan. Tapi kali ini aku sudah keterlaluan. Aku akan berusaha menjelaskan hingga dia tidak akan menaruh curiga lagi padamu. Okay?”

Haneul tidak mengatakan apa pun. Changwook melepaskan pelukannya dan menatap wajah Haneul dengan seksama. Ia berusaha untuk tersenyum –walaupun itu membuat pipinya terasa semakin sakit. “Kau pulang saja dan istirahat. Aku tahu kau hampir tidak tidur selama dua hari ini. Maafkan aku.”

Kemudian Changwook berjalan meninggalkan Haneul yang masih berdiri terdiam di area parkir.  Haneul sendiri hanya bisa menatap punggung Changwook yang semakin menjauh darinya. Dadanya terasa begitu sakit saat melihat pria itu menjauh dan tidak sekali pun menoleh padanya.

*****

Changmin menaruh tumpukan dokumen di atas meja Direktur baru yang menggantikan Siwon dengan puas. Akhirnya, dia terbebas dari semua tanggung-jawab Siwon. Changmin menatap pengganti Siwon, Im Siwan, seorang manager dari department keuangan. Changmin tidak pedulikan bagaimana kakeknya memilih pengganti Siwon, yang terpenting adalah dia bisa bebas dari tanggung-jawab yang bukan areanya.

“Direktur Im, ini semua adalah dokumen proyek yang dalam tahapan pembicaraan yang ditinggalkan oleh Direktur Choi. Kau bisa melihat dari labelnya, dokumen mana yang harus kau kerjakan dengan cepat. Jika kau ada pertanyaan, tanyakan pada sekretarismu, okay?”

Im Siwan menatap dokumen yang ada dihadapannya lalu tersenyum pada Changmin. “Aku mengerti.”

Changmin ikut tersenyum. Well, paling tidak Siwan tidak semerepotkan Siwon dalam bekerja. Jadi, dia bisa tenang. “Baiklah, aku akan kembali ke ruanganku dan melanjutkan pekerjaanku yang sudah tertunda.”

“Ah, Manager Shim! Sebelum kau pergi, ada sesuatu yang ingin kutanyakan,” ujar Siwan.

Changmin mengangguk kecil. “Tanyakan saja.”

“Maaf, jika ini terlalu personal. Tapi apa alasan Direktur Choi Siwon mengundurkan diri? A-aku tidak bermaksud bergosip, tapi di kalangan pegawai sudah ada rumor aneh.”

Kening Changmin berkerut. “Rumor aneh? Mengenai apa?”

“Banyak hal. Tentang Direktur Choi yang sebenarnya sedang membangkang pada Presdir Choi karena mengenai suatu pekerjaan. Sampai berkaitan dengan perjodohan yang diatur oleh Nyonya Choi Yoojin. Yang lainnya menyebutkan kalau Direktur Choi sedang disiapkan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi.”

Changmin menghela nafas pendek. Oh, dia tidak tahu kalau sudah ada rumor yang beredar terkait pengunduran diri Siwon. Walaupun masih sebatas di perusahaan. Selain itu, media sepertinya juga tidak mengetahui apa pun. Tidak ada berita yang melaporkan terkait hal tersebut. Entah bagaimana Choi Daehan mengatasinya.

Siwan menunggu Changmin untuk bicara. “Manager Shim…”

“Ya? Ah… Mengenai rumor? Tidak ada yang benar. Siwon…” Changmin mendesah. Apa alasan yang harus dikarangnya saat ini. Jika Changmin sudah bicara, maka pegawai lain akan mulai membahasnya juga. “Well, dia hanya menjadi Siwon. Kau tahu, dia sudah merasa jengah dengan pekerjaan. Walaupun sebenarnya dia bisa mengambil cuti, tapi dia masih memikirkan tanggung-jawabnya. Jadi, dia memilih untuk mengundurkan diri.”

“Tapi kalau dia hanya ingin berlibur sementara, tapi memilih mengundurkan diri. Bagaimana dia bisa memulai bekerja lagi? Maksudku, posisinya saat ini…”

“Ah, itu urusan Siwon. Posisi ini adalah milikmu saat ini. Mungkin Presdir Choi akan menugaskannya di posisi lain. Kau bekerja saja dengan baik. Presdir Choi memberikan posisi ini padamu atas dasar hasil kerja kerasmu. Baiklah, aku akan kembali ke ruanganku.”

Siwan hanya mengangguk kecil dan Changmin bergegas untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut. Oh, entah bagaimana ia menjelaskan hal ini pada Choi Daehan ketika ucapannya terkait alasan Siwon berhenti bekerja sampai padanya. Tapi sudahlah…

Itu bisa dipikirkan Changmin nanti.

*****

Hyukjae mengernyit ketika ia melihat Haesa yang sepertinya bersiap untuk meninggalkan kantor saat ia membawakan sebuah dokumen tambahan untuk kasus yang sedang ditanganinya. Hyukjae menaruh dokumen itu di atas meja dan menatap Haesa yang memakai jaketnya.

“Kau ingin pergi ke suatu tempat? Bukankah kita harus melakukan diskusi untuk kasus yang sedang kau tangani?”

Haesa menatap Hyukjae. “Oh, maafkan aku. Bisa kita atur jadwalnya lagi? Aku harus pulang.”

“Pulang? Terjadi sesuatu di rumah?”

“Entahlah. Aku sudah merasakan hal tidak enak sejak tadi. Aku harus pulang dan mengeceknya. Aku akan pelajari dokumen yang kau berikan dan kita bisa lakukan diskusi lanjutannya. Okay?”

Hyukjae semakin tidak mengerti. Haesa ingin pulang dan mengecek sesuatu di rumah karena dia merasakan suatu firasat. Bukankah Haesa bisa menghubungi orang rumah dan bertanya. Kenapa harus repot-repot pulang hanya untuk mengecek situasinya?

“Ada apa?” tanya Hyukjae.

Haesa mengambil tas tangannya dan menatap Hyukjae dengan lekat. “Entah. Tapi aku yakin terjadi sesuatu. Mungkin Haneul. Aku tidak yakin. Jadi, aku perlu melihatnya sendiri.”

Well, Hyukjae pernah dengar kalau kemampuan komunikasi antar saudara kembar itu sedikit berbeda dan jauh lebih special dibandingkan komunikasi antar saudara lainnya. Mungkin hal itu yang tengah dirasakan oleh Haesa saat ini.

“Baiklah, kita bisa berdiskusi besok atau lusa. Tidak masalah,” tutur Hyukjae.

Haesa tersenyum tipis. “Terima kasih!” kemudian ia bergegas pergi meninggalkan ruangan kerjanya.

Hyukjae mendesah berat. Ia memperhatikan ruangan yang dulunya milik Kyuhyun tersebut. Haesa memang tidak banyak melakukan perubahan, tapi tetap saja ruangan ini sudah berganti pemilik. Tapi mau menyesalinya pun tidak ada gunanya sekarang.

Hyukjae lalu berjalan keluar. “Haejin-sshi, kau sudah menemukan restaurant untuk makan siang?!” serunya.

*****

“Choi Group?”

Yoojin tersenyum sinis pada Jisung. “Iya, Choi Group. Kau pasti mengenal Choi Group, bukan?”

Jisung mendesah. Kini ia bisa mengerti kenapa wanita dihadapannya bersikap begitu sombong dan angkuh. Wanita itu seolah bisa berbuat seenaknya dengan mengatas-namakan nama perusahaan besar tersebut.

“Dengar, Nyonya Choi, saya tidak tahu apa yang anda ketahui mengenai keluarga dari calon istri saya. Tapi saya pikir, itu bukanlah urusan anda. Saya bahkan heran kenapa wanita terhormat seperti anda harus bersusah payah untuk menemui saya dan mengatakan bahwa anda mengatakan sesuatu yang bisa merusak reputasi perusahaan dan nama keluarga saya,” tutur Jisung.

Yoojin mendesis. “Tch… Jika aku berhasil mendapatkan keinginanku, aku pun tidak ingin menemuimu seperti ini. Tapi aku sendiri tidak mempunyai pilihan. Jika aku tidak bisa menjatuhkannya, maka aku akan menjatuhkan keluarganya.”

Sepertinya Jisung bisa mengetahui siapa yang dimaksud oleh Choi Yoojin. Ini mungkin berkaitan dengan Kyuhyun. Dengan apa yang dikatakan oleh Ahra mengenai Kyuhyun kemarin, sebenarnya itu sedikit masuk akal. Masalah seksualitas Kyuhyun, jika hal itu sampai terkuak di publik maka itu bisa menghancurkan reputasi keluarga Cho. Termasuk keluarganya juga.

Namun, apa hubungannya dengan Choi Group?

Jisung lalu teringat kalau Kyuhyun tengah menjalin hubungan dengan seorang pria. Mungkinkah pria itu ada kaitannya dengan Choi Group? Lalu jika Choi Yoojin menemuinya saat ini. Mungkinkah…. Choi Siwon?!

“Sepertinya kau sudah mengerti dengan maksud kedatanganku ke sini,” tutur Yoojin yang sedari tadi memperhatikan Jisung dengan seksama.

Jisung memperhatikan suasana sekitar lobby. Terlalu banyak orang, rasanya tidak mungkin ia bicara dengan Yoojin di ruangan terbuka seperti ini. Tapi ia juga tidak bisa berlama-lama bicara dengan Yoojin. Ia sudah mempunyai janji dengan Kyuhyun. Jisung adalah pebisnis professional yang menghargai waktu. Dia tidak bisa datang terlambat.

“Kenapa? Apa kau sedang merasa dilemma saat ini?” tutur Yoojin.

Jisung kembali menatap wanita itu. Yoojin tersenyum dan berjalan lebih mendekat pada Jisung. “Jadi, bagaimana? Kau ingin mendengarkanku sekarang atau aku harus membuat janji terlebih dahulu? Untuk pertimbanganmu, ini bukan hanya berkaitan dengan keluargamu saja, tetapi juga nama besar keluarga Choi.”

*****

Ahra menatap Jisung dengan ekspresi penasaran yang tidak bisa ditutupi.

Pagi ini, Ahra mendapatkan kabar yang mengejutkan dari bagian resepsionis lobby. Jisung menunggunya di depan lobby kantor. Itu sedikit mengejutkan bagi Ahra, karena Jisung tidak menghubunginya sejak pembicaraan terakhir mereka. Ahra pikir bahwa Jisung membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memikirkan kelanjutan hubungan mereka. Tapi, kini pria itu sedang berada di hadapannya.  Ahra membawa Jisung ke ruangannya agar mereka bisa bicara dengan lebih leluasa.

“Aku sudah bertemu dengan Kyuhyun sebelumnya,” ucap Jisung dengan tenang. “Ia menjelaskan beberapa hal padaku.”

Mata Ahra membulat. “Ka-kau bertemu dengan Kyuhyun?”

“Setelah apa yang kau katakan padaku sebelumnya, aku pikir aku perlu menemui Kyuhyun dan bertanya langsung padanya.”

“Lalu?”

Jisung menghembuskan nafas perlahan. “Hal yang tidak kutanyakan pada Kyuhyun adalah mengenai pria yang menjadi kekasihnya saat ini.”

“Kekasih Kyuhyun? Ke-kenapa… kau bertanya mengenai itu?”

“Ahra-sshi, sebelum aku pergi menemui Kyuhyun, ada seorang wanita yang berusaha menemuiku. Dia mengatakan kalau dia tahu mengenai rahasia keluargamu yang bisa menjatuhkan reputasi keluargamu dan juga keluargaku.”

Ahra terdiam. Tentu saja, rahasia yang dimaksud adalah tentang seksualitas Kyuhyun. Tapi siapa lagi yang mengetahui hal tersebut? Rasanya Kyuhyun tidak mungkin mengatakannya pada orang-orang yang tidak dipercayainya. Terlebih orang itu mendatangi Jisung.

“Siapa?” tanya Ahra pelan.

“Choi Yoojin dari Choi Group. Kau memang tidak memberitahu siapa kekasih Kyuhyun, tapi karena wanita itu menemuiku,” ucap Jisung. Dia menatap Ahra dengan seksama. “Ahra-sshi, apa kekasih Kyuhyun adalah Choi Siwon?”

Ahra mendesah pelan. Sebenarnya Ahra tidak ingin memberitahu Jisung. Keluarga Choi adalah keluarga yang terpandang dan begitu dikenal oleh semua orang. Jika hubungan Kyuhyun dan Siwon terungkap ke publik, itu bisa berdampak buruk pada Choi Group. Ahra berpikir kalau Choi Group akan mencari jalan untuk menyelamatkan perusahaan mereka. Mungkin salah satunya adalah mengorbankan Kyuhyun.

Walaupun itu hanyalah sebuah kemungkinan, tapi Ahra tidak ingin adiknya kembali yang harus berkorban. Apapun cara yang dilakukan Choi Group, yang paling menderita akhirnya hanyalah Kyuhyun.

Jisung terdiam sejenak. “Begitu rupanya. Choi Yoojin mengatakan kalau dia tidak bisa menjatuhkan Kyuhyun, maka dia akan menjatuhkan keluarganya. Apa hubungan Kyuhyun dan Siwon… Apa keluarga Choi mengetahui tentang hubungan mereka?”

“Aku rasa mereka tahu. Melihat Ibu Siwon datang menemuimu, sepertinya mereka tidak menerima hubungan tersebut. Sama seperti keluargaku,” ucap Ahra. “Jisung-sshi, apa yang dikatakan oleh Choi Yoojin?”

“Dia tidak mengatakan banyak hal. Sepertinya dia datang dan memberitahuku tentang rahasia Kyuhyun agar aku memutuskan pertunangan kita dan membatalkan pernikahan. Choi Yoojin sepertinya akan menggunakan ini agar Kyuhyun meninggalkan Choi Siwon.”

Ahra memandang Jisung dengan lekat. “Lalu apa itu yang akan kau lakukan? Memutuskan pertunangan ini dan membatalkan pernikahan?”

Jisung menghembuskan nafas. “Aku masih belum bisa memastikan. Kyuhyun mengatakan bahwa dia yang akan pergi. Dia sudah tidak mempunyai hubungan apapun dengan keluargamu. Jadi, aku tidak perlu khawatir jika rahasianya akan menjatuhkan reputasi keluargaku. Dia bahkan rela melakukan apa saja agar aku tetap melanjutkan pernikahan.”

“Kyuhyun memang selalu seperti itu. Dia akan selalu mendahulukan orang lain dibandingkan dirinya sendiri. Aku sebagai kakaknya sendiri, tidak bisa mengerti kenapa dia selalu bersikap seperti itu. Semua kejadian selama tiga bulan terakhir ini yang membuatnya selalu berakhir di rumah sakit, entah karena kepeduliannya atau kenaifannya semata. Termasuk dia menyadari perasaannya pada seorang pria,” tutur Ahra sembari mengenang.

Jisung memperhatikan gadis dihadapannya. “Bagaimana dia menyadarinya? Maksudku,  kau bilang sebelumnya dia pernah menyukai seorang gadis, bukan?”

“Benar, Kyuhyun pernah menyukai seorang gadis. Kang Haesa. Mungkin karena dia, semua ini berawal. Apa kau tidak sibuk? Karena jika aku harus menceritakannya, ini akan membutuhkan waktu yang lama.”

*****

“Saya tidak punya banyak waktu untuk bicara, Nyonya Choi. Jadi, saya harap anda langsung bicara pada intinya saja,” tutur Jisung.

Yoojin tersenyum sinis. “Well, kurasa lima menit pun cukup. Aku juga tidak ingin berlama-lama di hotel ini.”

Jisung menghela nafas. Dengan sedikit terpaksa, akhirnya Jisung mau mendengarkan apa yang ingin dikatakan Choi Yoojin. Walaupun itu akan membuatnya sedikit terlambat bertemu dengan Kyuhyun. Dan untuk mendapatkan privasi, Jisung membawa Yoojin ke ruangan manager yang terdekat.

“Jadi, Nyonya Choi, apa yang ingin anda katakan pada saya?”

“Ini berkaitan dengan putra keluarga Cho. Kau pasti mengenalnya, bukan? Cho Kyuhyun,” tutur Choi Yoojin.

Jisung masih diam mendengarkan apa yang ingin dikatakan oleh Yoojin. Walaupun dia sudah tahu ke mana arah pembicaraan wanita dihadapannya ini. Tapi ia ingin tahu sejauh mana Choi Yoojin mengetahui ‘rahasia’ Kyuhyun ini.

“Pria itu mempunyai penyimpangan seksual.”

Kening Jisung berkerut. “Penyimpangan seksual?”

“Benar, penyimpangan seksual. Aku tidak akan peduli jika dia hanya menyimpannya sendiri. Tetapi yang membuatku marah adalah dia berani menggoda putraku.”

“Menggoda putra anda?” Jisung terdiam sejenak. “Choi Siwon?”

Jadi, pria yang menjadi kekasih Kyuhyun saat ini adalah Choi Siwon? Mungkinkah apartment itu….

“Dia berani menggoda putraku dan menjebaknya hingga putraku tidak bisa berpikir dengan akal sehatnya. Putraku adalah pewaris Choi Group, tapi dia malah memilih pria menjijikkan itu dibandingkan dengan posisinya di Choi Group.”

Alis Jisung terangkat. “Lalu?”

Yoojin mendengus. “Lalu? Kau hanya berkata ‘lalu”?!! Apa kau tidak sadar bahwa pria itu akan bukan hanya menghancurkan keluarganya sendiri, tapi juga keluargamu. Karena kau akan menikahi keluarga tersebut. Tentu saja, reputasi keluargamu juga akan hancur jika publik mengetahui tentang penyimpangannya tersebut.”

“Dan sekaligus merusak reputasi keluarga Choi karena Kyuhyun menjalin hubungan dengan putra anda?”

“Tch.. Aku tidak akan membiarkannya membuat reputasi keluargaku hancur. Itulah kenapa aku menemuimu hari ini,” tutur Yoojin.

Jisung memicingkan matanya. “Apa anda bermaksud mengancam Kyuhyun melalui saya? Agar ia meninggalkan putra anda, begitu?”

Yoojin tersenyum licik.

*****

“Haesa? Bukankah seharusnya kau di kantor?”

Haesa menaruh tasnya di sofa. “Eomma, Haneul sudah pulang?”

Ibunya mengangguk. “Ada di kamar. Tapi dia sedang tidur,” ucapnya. “Haesa, biarkan dia tidur! Dia sudah tidak tidur hampir dua hari, sayang.”

Namun, Haesa mengabaikan ucapan sang ibu dan bergegas menaiki anak tangga lalu menuju kamar Haneul. Ia mengetuk pintu beberapa kali, lalu membukanya secara perlahan. Haesa melihat sosok saudaranya berada di tempat tidur.

Haesa menghembuskan nafas lega. Setidaknya, Haneul terlihat baik-baik saja. Kemudian Haesa berjalan masuk dan menghampiri tempat tidur. “Han…? Kau tidur?”

Haneul tidak mengatakan apapun. Haesa terdiam di ujung tempat tidur. Dia pikir Haneul sudah tidur, tapi ia melihat mata Haneul masih terbuka. Namun, saudaranya terlihat tidak baik. Haesa kemudian duduk di tepi tempat tidur.

Ia menyentuh kepala Haneul lembut. “Kau tahu, hari ini aku merasa tidak nyaman. Aku tahu telah terjadi sesuatu padamu. Kau ingin bicara padaku mengenai hal itu?”

Haneul menghela nafas berat. Dia melirik Haesa sekilas. “Aku tidak apa-apa. Hanya ingin tidur. Bisakah kau keluar, Haesa?”

“Kau yakin?”

Haneul hanya mengangguk kecil. Tapi, walaupun begitu Haesa masih merasakan firasat tidak nyaman. Ia tahu bahwa telah terjadi sesuatu. Mungkin Haneul dan Changwook bertengkar atau semacamnya. Walaupun Haesa tidak tahu bagaimana jika pasangan pria bertengkar.

“Changwook.. Aku akan memintanya datang setelah shiftnya selesai.”

Haneul memejamkan matanya. “Dia sibuk, Haesa. Biarkan saja. Kumohon, aku hanya ingin tidur.”

“Baiklah, aku mengerti.”

Haesa merapikan selimut lalu berdiri. Ia memperhatikan Haneul dengan lekat. Bagaimana pun, Haesa merasa kalau Haneul sedang bermasalah dengan Changwook. Tapi ia tidak bisa ikut campur. Kemudian Haesa beranjak meninggalkan kamar tersebut.

Sebelum menutup pintu, Haesa kembali menatap Haneul yang bergulung dibalik selimut. Sedikit aneh melihat saudaranya sedang mengalami masalah percintaan seperti ini. Terlebih Haesa tidak tahu bagaimana harus membantunya.

Haesa lalu menutup pintu dan kembali turun ke lantai satu.

*****

“Aku rasa itu bukan lelucon,” ucap Jiyeon.

Changwook mendesah. Entah bagaimana lagi ia harus menjelaskan pada Jiyeon mengenai hubungannya dengan Haneul. “Jika bukan lelucon, lalu ini apa, eoh? Ujarnya sembari menunjuk luka pukulan yang diterimanya dari Haneul.

Jiyeon memperhatikan luka itu. Tapi ia merasa sedikit aneh. “Kalau itu hanya sekedar lelucon, kenapa kau mengatakannya? Terlebih tentang seksualitasmu itu.”

“Untuk seksualitas, aku tidak bercanda. Aku benar-benar serius, Jiyeon-sshi. Tapi mengenai dokter Kang sebagai kekasihku itu….” Changwook terdiam. Dia berpikir ia akan dengan mudah mengatakan kebohongan. Tapi ini begitu berat. Kenapa ia tidak bisa mengakui kekasihnya dengan penuh bangga? Kenapa ia harus menutupi kenyataannya.

“Apa? Kau mau bilang itu lelucon? Setelah kau dipukul seperti itu, kau bilang itu adalah lelucon?”

Changwook menatap Jiyeon dengan lekat. Benar, ia sudah dipukul oleh Haneul. Lalu apakah dia harus berbohong lagi tentang status mereka? Kemudian setelah Changwook mengatakan bahwa Haneul adalah kekasihnya sebuah lelucon belaka, apakah itu akan membuat hubungan mereka baik-baik saja?

“Tidak,” ucap Changwook dengan tegas.

Kening Jiyeon berkerut. “Tidak?”

“Tidak, itu juga bukan lelucon. Kang Haneul adalah kekasihku. Kekasih yang sebenarnya. Jadi, aku mohon jangan mengangguku atau menganggunya lagi. Kau sudah cukup membuat keributan dengan bertanya pada dokter pria apakah mereka pernah berkencan dengan seorang pria. Bukankah itu termasuk pelecehan seksual? Bagaimana bisa kau menanyakan hal yang begitu personal seperti itu? Kau adalah seorang dokter wanita yang cerdas, tapi kenapa mulutmu tidak bisa kau jaga.”

Jiyeon terperangah dengan ucapan Changwook. “I-itu bukan… I-itu karena kau mengatakan kalau…”

“Aku memang mengatakan bahwa aku mengencani seorang dokter pria. Tapi kenapa kau begitu penasaran hingga kau harus menanyakan pertanyaan seperti itu? Terlebih pertanyaanmu pada Haneul. Dokter Han, aku harap kau berpikir dulu apakah pertanyaanmu itu akan menyakiti orang lain atau tidak.”

Kemudian Changwook meninggalkan Jiyeon. Dia sudah mengatasi masalah tersebut. Jika Jiyeon akan melaporkannya karena hal ini, itu bisa diatasi oleh Changwook nanti. Itu pun jika Jiyeon benar akan melaporkannya.

Dan mengenai Haneul, Changwook harus bicara lagi dengan kekasihnya. Mungkin dia harus pergi ke rumahnya. Sekaligus memperkenalkan diri dengan orang tua Haneul.

*****

Yifan mengernyit saat melihat Chanyeol menungguinya di depan kelas. Pasalnya, mereka berbeda kelas dan mereka juga tidak begitu saling mengenal. Ia menghampiri Chanyeol yang tersenyum padanya. Anggota dewan siswa itu kemudian menyapanya dengan akrab.

“Ayo makan siang bersama,” ucap Chanyeol.

“Eh?”

Luhan yang berdiri di samping Yifan juga terlihat bingung dengan sikap Chanyeol. Mereka mungkin pernah liburan bersama, tapi apakah dengan hanya itu bisa membuat Chanyeol bersikap akrab pada Yifan.

Chanyeol melirik Luhan. “Ayo kita makan siang bersama. Joonmyeon pasti sudah menunggu.”

“Joonmyeon?” ucap Yifan bingung.

Chanyeol lalu menarik pergelangan tangan Yifan. “Begitulah. Tadi pagi, aku bertemu dengannya di bis. Dia bilang ibu kalian meminta kalian untuk makan siang bersama. Ah… Dia juga sempat mengatakan untuk memastikan kalau kalian makan siang bersama, Ibu kalian akan menghubungi Luhan.”

Yifan lalu melirik Luhan yang berjalan di sisinya. “Mom tahu nomormu?”

“Eoh. Bibi memintanya saat kita pergi liburan ke taebaek. Hanya untuk berjaga-jaga kalau ponselmu atau Joonmyeon tidak bisa dihubungi,” tukas Luhan.

Yifan mengusap wajahnya. Terkadang ibunya suka sekali berbuat seenaknya. Ia menarik tangannya dari pegangan Chanyeol. “Maaf, tapi aku bisa jalan sendiri.”

Chanyeol hanya mengangkat bahunya. Yifan menghela nafas pendek. Entah kenapa Sara malah menyuruh Joonmyeon untuk makan siang bersamanya, padahal Sara tahu mengenai rivalitas antar dua kelas mereka. Pasalnya mereka tinggal menempuh satu tahun lagi sebelum lulus tahun depan.

Satu tahun yang tenang.

Luhan melirik Chanyeol. “Kita akan makan siang di mana?”

“Kantin!”

*****

“Joon, kau yakin?” tanya Baekhyun untuk kesekian kalinya.

Joonmyeon sendiri hanya bisa menghela nafas. Ia menatap eco-bag yang diberikan oleh Sara di atas meja. Ia kemudian melihat ke situasi kantin saat ini. Memang belum terlalu ramai, tapi siswa dari kedua kelas sudah duduk di bagian mereka masing-masing.

Kyungsoo memperhatikan Joonmyeon beberapa saat lalu menatap pada Baekhyun. “Kau duluan ambil makanan, Baekhyun. Nanti kita gentian.”

Baekhyun mengangguk lalu ia berdiri dan bergegas untuk mengantri. Kyungsoo memperhatikan Baekhyun hingga ia cukup jauh untuk tidak mendengarkan percakapan.

“Hey, ini hanya makan siang. Tidak akan buruk.”

Joonmyeon menatap Kyungsoo. “Kau yakin? Situasinya memang tidak seburuk setelah festival, tapi tetap saja. Tinggal satu tahun, Soo. Hanya satu tahun lagi. Itu bahkan tidak sampai duabelas bulan hingga kita semua lulus.”

Kyungsoo tersenyum tipis dan menepuk bahu Joonmyeon. Lalu Kyungsoo melirik ke arah pintu masuk area kantin di mana ia melihat Chanyeol sudah datang bersama Yifan dan Luhan. “Mereka sudah di sini,” bisiknya.

Joonmyeon lalu memutar tubuhnya dan melihat Chanyeol yang sedang mencari meja mereka. Yifan menatap Joonmyeon lalu mencolek Chanyeol untuk memberitahu posisi mereka. Chanyeol tersenyum lebar lalu bergegas menuju meja yang Joonmyeon dan Kyungsoo tempati.

Oh, rasanya jantung Joonmyeon hampir lepas saat melihat mereka bertiga berjalan semakin mendekat. Rasanya semua mata siswa yang berada di kantin kini terfokus pada mereka semua. Joonmyeon hampir terlonjak ketika Yifan duduk di sampingnya, sedangkan Luhan dan Chanyeol di seberang.

“Kau kenapa?” tanya Yifan pelan.

Joonmyeon menatap saudaranya lalu menggeleng. Dari ujung matanya, ia melihat sekeliling kantin. Benar saja, semua orang menatap ke arah mereka. Oh, ini akan menjadi berita heboh selama satu tahun penuh –bahkan jika mereka semua tahu kalau ia dan Yifan sudah menjadi saudara.

“Joon…”

Joonmyeon kembali menatap Yifan. Ia juga melihat Kyungsoo, Luhan dan Chanyeol memperhatikannya dengan serius. Joonmyeon menarik nafas perlahan. “Tidak apa-apa.” Lalu ia mendorong eco-bag ke hadapan Yifan. “Makan siang dari Mom.”

Yifan lalu mengeluarkan beberapa kotak dari eco-bag tersebut. Well, itu benar-benar untuk porsi dua orang. Kemudian ia menatap Luhan dan Chanyeol. “Kalian tidak mengantri?”

Kemudian Chanyeol dan Luhan berdiri untuk mengantri. Joonmyeon menatap Kyungsoo dan mengangguk kecil. Well, sahabatnya juga perlu mkan siang bukan? Akhirnya, Kyungsoo ikut mengantri bersama Chanyeol dan Luhan. Sedangkan Yifan sudah membuka semua kotak itu dan menata semua makanan itu dihadapan ia dan Joonmyeon.

“Bagaimana hari pertamamu?” tanya Yifan membuka percakapan.

“Awalnya tidak begitu buruk. Tapi entahlah…”

Yifan melirik Joonmyeon dan tersenyum tipis. “Kenapa? Apa karena makan siang ini? Kau ingin pindah ke tempat lain?”

Joonmyeon mengerucutkan bibirnya. “Sudahlah. Lagipula semua orang sudah melihatnya. Kurasa cepat atau lambat semua orang pasti akan mengetahuinya.”

“Itu sudah seharusnya, bukan? Saudaraku,” tukas Yifan.

Joonmyeon mendesis jengkel. Tak lama, Baekhyun kembali dengan tray makan siangnya. Ia duduk  di tempat yang berhadapan dengan Kyungsoo.

“Itu tempat Chanyeol,” ucap Joonmyeon singkat.

Baekhyun mendengus lalu bergeser ke bagian tengah. Joonmyeon hanya tertawa kecil.

*****

Changwook memperhatikan rumah Haneul dari dalam mobilnya. Sepulang dari rumah sakit, Changwook sengaja datang ke rumah tersebut. Tapi ia merasa ragu untuk menekan bel pintu. Ia tahu kalau Haneul kemungkinan akan marah lebih besar padanya jika Changwook mengatakan kalau dia tidak mengatakan kalau pengakuannya Haneul hanyalah sebuah lelucon. Tapi Changwook juga tidak ingin menyimpan rahasia itu terlalu lama.

Haneul adalah kekasihnya dan Changwook ingin mengatakannya pada seluruh dunia.

Changwook lalu meraih ponselnya dan menghubungi nomor Haneul. Ia menunggu beberapa lama sampai terdengar nada sambung.

“Halo…”

Suara Haneul terdengar berat. Changwook terdiam. Sontak ia tidak tahu bagaimana harus bicara dengan Haneul.

“Changwook, katakan sesuatu.”

“Hey… Apa kau baik-baik saja?” gumam Changwook.

Haneul hanya menggumam pelan. “Apa kau sudah pulang?”

“Uhm. Aku sudah pulang.” Kemudian Changwook menghembuskan nafas perlahan. “Han…”

“Maaf… Karena aku telah memukulmu. Tidak seharusnya aku bersikap keras seperti itu. Maaf..”

“Tidak apa-apa. Aku berhak mendapatkannya, Han. Dan mungkin aku juga berhak mendapatkan pukulan yang lebih keras darimu.”

Haneul terdiam.

Changwook menarik nafas. “Aku mengatakan yang sebenarnya pada Jiyeon. Tentang hubungan kita. Tapi aku juga memberinya peringatan untuk tidak menganggumu karena… Well, aku sedikit mengancamnya. Apa yang dilakukannya –dengan bertanya pada dokter pria itu termasuk pelecehan seksual. Terlebih itu adalah masalah personal. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Jika Jiyeon masih memberikanmu masalah, kau bisa mengatakannya padaku.”

Hanya ada kesunyian. Haneul belum memberikan reaksi apa pun. Itu membuat Changwook khawatir. Lebih khawatir dibandingkan tadi ketika Haneul memukulnya di basement parkir. Changwook lebih baik menghadapi Haneul yang bereaksi keras dibandingkan dia diam seperti ini. Karena Changwook tidak bisa membaca apa yang sedang dipikirkan oleh Haneul saat ini.

“Han… Katakan sesuatu.”

“Kau ingin aku mengatakan apa?”

“Entahlah. Apa pun. Sesuatu. Asalkan kau tidak diam seperti ini. Kau bisa berteriak marah seperti tadi atau apa saja.”

“Aku tidak bisa melakukannya. Karena kau tidak ada di sini.”

Changwook melirik ke arah rumah tersebut. “Well, aku berada di depan rumahmu jika kau ingin memukulku lagi.”

Sunyi lagi. Lalu kemudian sambungan teleponnya terputus. Changwook menatap ponselnya sejenak lalu menyimpannnya ke saku jaketnya. Ia memperhatikan rumah Haneul lagi. Dia menghela nafas dan berniat menyalakan mesin mobil ketika ia melihat pintu rumah tersebut terbuka. Mata Changwook melebar dan memanjat keluar mobil ketika ia melihat Haneul berlari keluar dari rumah.

Haneul berdiri tepat berjarak lima langkah darinya. Tapi bagi Changwook, jarak tersebut sangat jauh. Ia sangat ingin meraih Haneul ke dalam rengkuhannya. Namun, ia menahan diri.

“Han…”

Haneul kemudian berjalan menghampiri Changwook. Ia memperhatikan luka di ujung bibir Changwook. Dengan sedikit berhati-hati, Haneul menyentuh luka tersebut. “Maaf…”

Changwook menyentuh tangan Haneul. Ia mengecup punggung tangan kekasihnya. Lalu beralih pada buku-buku jari Haneul. “Tidak apa-apa. Kau akan marah lagi padaku?”

“Oh, maafkan aku.” Kemudian Haneul memeluk Changwook dengan erat.

Changwook membalas pelukan kekasihnya dengan erat. Ia tersenyum tipis dan menenggelamkan wajahnya di bahu Haneul. Ia mengusap punggung Haneul dengan lembut.

“Maafkan aku, Changwook. Maaf…”

Changwook melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Haneul di dalam kedua tangannya. “Tidak apa, Han. Ini bukan salahmu, Haneul. Tidak pernah kesalahanmu.”

Haneul kemudian memeluk Changwook lagi dengan lebih erat. Changwook tersenyum tipis dan mengecup leher Haneul sekilas. Paling tidak, ia tahu kalau Haneul tidak lagi marah padanya. Bahkan setelah ia mengatakan hal yang sebenarnya pada Jiyeon tanpa persetujuan dari Haneul.

Tiba-tiba mereka mendengar suara dehaman.  Sontak Haneul dan Changwook melepaskan pelukan mereka dan melihat Haesa berdiri di pagar.

“Well, aku tidak ingin menganggu kalian tapi…” Haesa melirik ke arah rumah sekilas lalu menatap Haneul. “Han, kurasa ini waktu yang tepat untuk mengatakannya pada Eomma dan Appa. Lagipula Changwook sudah di sini dan kalian sudah berbaikan. Apa pun pertengkaran kalian. Jadi…”

Changwook menggeleng. “Oh, aku tidak ingin… Maksudku, Haneul yang berhak memutuskan kapan kami akan menemui orang tua kalian.”

Haneul menggenggam tangan Changwook dan menautkan jemari mereka. Ia menatap Changwook dengan lekat. “Kau ingin bertemu dengan orangtua-ku? Sekarang?”

“Kau yakin, Han?”

Haneul hanya tersenyum dan mengangguk.

“Okay! Kalau begitu masuklah. Udaranya masih dingin,” tukas Haesa yang bergegas masuk ke dalam rumah.

Haneul tersenyum dan membawa Changwook masuk ke dalam rumah –bertemu dengan orangtuanya secara resmi. Sebagai sepasang kekasih.

*****

NOTE: So, ini cuma bagian Jikang dan Krisho ajah. Karena untuk 59 bakal full untuk wonkyu. Diharapkan untuk part 60 adalah bagian epilognya. Semoga cepet selesai yaa….

27 thoughts on “[SF] Scarface Part 58

  1. Kira2 gmn yah sikap orang tua haneul ???? Apa bkln sama kyk keluarga kyu….

    Aigoooo itu eomma nya siwon keukeuh aja yah bner2 wanita angkuh untung cuma menantu klrga choi g kbyang kalo dia yg anaknya klrga choi alamat mkin sombong tuh ckckckckck

    Percuma saja ahjumma dirimu mah g bkln lah ya bs misahin wonkyu scra siwon kan keras kepala gtu … lah wong kakeknya aja brni dia hadapin apalgi yg lain hihihi

    Jadi g sbar nunggu next chap full wonkyu..
    Dtgu updatenya chingu ^^ semngatttt 😊😊😊😊😊

  2. Pantesan, sampe heran kok gak ada part wonkyu nya.ternyata part ini khusus buat changwook+haneul dan yifan+joonmyeon..

    Deg-degan banget pas haneul marah sampe mukul changwook gitu, aku pikir gak akan mau ketemu cahangwook dulu eh ini malah di ajak ketemu orangtuanya.semoga orang tua haneul merestui mereka..

    Part depannya berharap wonkyu bisa bersama seperti changwook dan haneul meski tanpa keluarga yang mendukung.

  3. Hohohoho….puas dach…walau isinya bukan WonKyu..seru juga isinya.Tentang hubungan KrisHo yg semakin mmbaik.Dangan JiKang yg sempat bikin ketar-kitir.Tapi,akhirnya mereka mnghadapinya dengan begitu baik.Semoga niat mereka untuk bertemu ortu berjalan lancar.

    Jeongmal gumawo eonni…Fighting!!!

  4. Wonkyu gk akan bisa di pisahkan … 😙😙😙😙

    Buat jikang couple bikin deg2an mereka berantem gitu, tp seneng akhirnya baikan juga 😊😊😊😊

    Gimana sikap ortu haneul? Semoga gk ada halangan buat jikang couple …

    Di tunggu next part nya de 😙😙😙😙

  5. astaga eomma ya siwon licik bgt… itu jikang berantemnya serem juga, tapi untung udah baikan… semoga orng tua hanuel ngga sekeras ortu kyu..
    ji sung bakal lanjutin pernikahannya sama ahra kan?

    di tunggu next partnya ya…

  6. Yess chap depan full wonkyu,,><
    Tapi sedih juga fic ini mau the end, Nggk ada yg harus aku tungguin tiap minggu lagi, hiks,, tapi cerita baru lagi juga gpp,,cerita apapun buatan kakak pasti bagus,,fighting

  7. Harus bersikap adil yaaak.. Lol.. Aku speed read ternyata memang no WonKyu moments..
    Ya udah sieh sabar menanti.. Semoga happy ending dgn sweet2 moments…
    ThanKyu for the update Dear Diera…

  8. oke kyknya jikang ma krisho dah bsa nghandle mslh mereka ya …ya wlopun agak kcwa ma krisho krna berakhir sbg saudara tp g pa2 yg pnting wonkyu bersatu he…he.. dah dket last chapt y ??? yah ntar bklan kgn dong ma couple lawyers-esmud (wonkyu) tp bkl ada yg baru lg kan diera ssi . ok dtunggu trus lanjutannya.. keep up the good work !!! hwaiting!!!!

  9. Sedih nggak ada moment wonkyu nya…semoga part selanjuynya bener2 full wonkyu….
    Yang pasti berharap wonkyu happy end….

  10. Wiii krisho! Udah lama ga baca part mrk. Kkkkk. Seneng deh at least yifan sudah bisa meredam perasaannya ke joon. still kinda sad that they cant be together but as long as they’re happy with this im happy too~ lol. Smg makin akuuurrr kyaa gemay liat mrk makan bareng wkwkwk :3 chansoo juga gemay yaAllah banyak otp aku dific ini haha 😦

    Akhirnya haneul mau terbuka dg hubungan dia sm changwook hihi. Step by step gpp yg penting ortunya haneul bakal tau siapa pacarnya dia hehe

    Kinda curious about what will jisung do about his&ahra wedding,,,. Smg ga di cancel huhu.. But seriously ibu nya siwon tuh so ngeselin. Dia kayak emak emak gila harta bgt gt dan kayak make kekuasaannya semena2 heu emosi. Smg jisung ga terpengaruh apa kata ibunya siwon… :”””

  11. Finally Haneul bring Changwook meet his parents….
    Wonder what decision Jisung will take….Wish he will continue the marriage
    Ahra should happy in her too
    thanks for this fast update….see you soon in next chapter : )

  12. Meskipun nggak ada Wonkyu, setidaknya nama Kyuhyun disebut heee.
    Ternyata ff ni bentar lagi ending, haduuuuhhhh jadi nggak rela. Tapi kalo ending, please happy ending dong. Jujur deg-degan akhir kisah Wonkyunya.
    Kalo liat dari kemarahan ibunya Siwon rasanya masih jauh dari ending. Haduh semoga happy ending! Kalo bisa jangan beberapa cgapter lagi heeee

  13. Oh pantesan kok gada wonkyu taunya emang part jikang dulu hahaha ..
    Duuhh setidaknya permasalahan jikang tidak terlalu parah ya..
    Dibanding masalah pelik yang terjadi pada wonkyu, mungkin hanya akan reaksi ortu dari haneul aja..
    Apa ya yang dikatakan calon kaka ipar kyu saat yojin bilang kalo keluarga cho dan keluarganya akan hancur saat mengetahui mengenai hubungan wonkyu?
    Apa dia tidak terpengaruh??
    Semoga sih..
    Aahhh jadi g sabar dengan chap depannya nih segala jawaban akan terbuka semua chap depan nih

  14. oh ternyata ini edisi untuk part jikang ya…
    walaupun wonkyu nya cuma dikit tp ttp aja ceritattg merka yg bikin penasaran.
    semoga jisung ttp menikahi ahra ya.ditunggu lanjutannya ya

  15. ini udh 58,dan 59 lalu 60 epilog,artinya bentar lagi kelar,tp ko wonkyu masih ga dapet restu dan malah merembet ke jisung yng jadi ragu buat nikahin Ahra,ini siapa kuncinya biar mamah2 nya wonkyu bisa setuju wonkyu sama2 ya?atau jngn2 wonkyu akhirny malah pisah,oh tidaaaaak…..authorny kan baik hati,jd mudah2n part 59 menyelesaikan semuanya,jd pas di part 60 wonkyu happy end

  16. aku yakin kalo Jisung gk akan terpengaruh kok sama ibunya Siwon.
    aduhh gk sbar pengen baca part berikutnya yang full wonkyu😀
    dan FF ini tinggal 2 part lagi huhuhu.. gak kerasa ya tapi kalo dipikir2 FF ini baru tamat setelah 60 part wahh luar biasa..🙂

  17. Hubungan jikang sdh ada peningkatan dan berjalan baik, dan utk krisho jg begitu mskipun hubungan mrk sekarang hanya sebagai saudara…
    Mskipun jisung msh ragu utk meneruskan prnikahannya tp smga saja dia bs melanjutkan hubungannya dg ahra dan keluarga jisung jg bs bersikap bijak utk mslh kyuhyun, krna jika sampai ahra dan jisung putus bs dipastikan kyuhyun akan sangat mrasa mnyesal dan bersalah akan hal tsb krna mrasa hal itu disebabkan olehnya…
    Sekarang posisi pekerjaan siwon dan kyuhyun sdh tergantikan oleh orang lain, dg salah satu pengorbanan tsb smga saja wonkyu akan selalu bersama…

  18. Baca part ini malah ga sabar nungguin update part selanjutnya.
    Thank u udah mau bagi2 ff untuk kita2 para readers nya.
    Moga ttp dikasi semangat n kesehatan tuk selesein ff2 nya

  19. Penasaran sama jisung aduh.. Greget ah jadi keputusan nya???????
    Berharap banget semoga pergorbanan wonkyu ga sia sia demi mertahanin hubungan mereka T,T
    semua bakalan indah pada waktunya dududududu~

  20. Aku baca fanfict ini dari awal tapi baru review sekarang. Maaf ya kak. 😳
    Aku suka banget tulisan tulisan kakak. Walaupun aku nggak tau joonmyeon sama kris itu yang mana tapi aku nikmati aja.
    Di tunggu banget cerita lainnya. ❤

  21. Kak diera ini daebak bener… Gak nyangka bisa update secepet ini… Wah q sampek ketinggalan 2 hari wahhh wahhh

    Changwook memang keren… Haneul lagi suntuk ada ajah masalah jdi emosi deh…

    Kak diera semangattt… Semoga cepat selesai aaminnn

  22. Annyeong unnie. . .aq reader bru . .sbnr ny udh prnh bca ff kka d chap sblum ny . .tp blom smpt ninggalin comment . .
    And btw . ..aq bru nemuin ff jikang . . .wow bgt am jikang couple . .feel ny dpt bgt . .bwat wonkyu couple ny jga beda dri ff yg lain . .bner dh . Bkn ny njlkin pnulis ff wonkyu yg lain . .tp inh ff pnya kka “beda” ajh dri yg lain …well . .smgt nulis ff ny ka . . 🙂

  23. Akhirnya chaneul bisa go publik apalagi udh mau bertemu dgn ortu nya haneul semga mereka di restui
    Kris sama yifan udh bisa bersamanya walaupun sebagai saudara tiri
    Semangat buat eonni dan jgn bosan” bikin ff wonkyu eonni

Leave a reply to angelawonkyu Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.